JAKARTA, KOMPAS.com - Dua anak harimau sumatera lahir di Sanctuary Harimau Sumatra Barumun, Sumatera Utara, Sabtu (26/4/2025). Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, memberikan nama Nunuk untuk bayi harimau jantan, dan Ninik untuk betina.
Raja Juli mengatakan, sepasang harimau sumatera itu lahir dari pasangan indukan bernama Gadis dan Monang.
"Proses penamaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga sebagai simbol harapan baru bagi konservasi harimau sumatra di Indonesia," kata Raja Juli dalam keterangannya, Sabtu (3/5/2025).
Dia menyatakan bahwa kelahiran bayi harimau merupakan bukti nyata keberhasilan program konservasi yang terus digencarkan, untuk menyelamatkannya dari ancaman kepunahan.
Baca juga: Profesor IPB Jelaskan Alasan Direwolf yang Punah Bisa Diciptakan Kembali
"Kami berharap kehadiran Nunuk dan Ninik dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap pelestarian satwa liar," imbuh dia.
Selain harimau sumatera, pihaknya juga mendeteksi keberadaan individu baru badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Hasil patroli mobile sejak 14-28 April 2025 menunjukkan adanya tanda-tanda keberadaan tiga badak jawa.
Temuan penting tersebut meliputi jejak tapak berukuran 19-20 cm di Blok Citadahan. Diperkirakan individu ini berumur antara 4-6 bulan, menandai kelahiran baru yang menjadi harapan besar bagi populasi badak jawa.
Penemuan selanjutnya, pada 30 Maret 2025, di lokasi berbeda kamera trap merekam penampakan induk badak bersama anak betina yang diperkirakan berusia sekitar 2 tahun. Keberadaan keduanya mengartikan keberlanjutan siklus hidup badak jawa di habitatnya.
Baca juga: Kebakaran Lahan di Inggris, Mamalia Langka Semakin Terancam Punah
Ketiga, pada 3 April 2025 kamera trap yang sama juga merekam individu jantan remaja berusia sekitar 3 tahun. Identifikasi lebih lanjut masih dilakukan untuk memastikan identitas hewan itu.
"Kami berharap keberadaan individu baru ini semakin memperkuat populasi badak jawa di TNUK. Kami akan terus memantau dan memastikan perlindungan maksimal bagi mereka," ungkap Raja Juli.
Dia mengungkapkan, keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja sama antara Balai TNUK dengan Ditjen KSDAE, mitra konservasi, dan masyarakat.
"Upaya konservasi yang konsisten menjadi kunci dalam menyelamatkan spesies badak jawa dari ancaman kepunahan," tutur Raja Juli.
Baca juga: Kapal Penelitian “Papua Lestari” Dukung Program Konservasi Satwa Endemik di Papua Selatan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya