KOMPAS.com — Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) mengumumkan bahwa mereka akan berhenti melacak biaya bencana cuaca, termasuk gelombang panas, banjir, dan kebakaran hutan.
Keputusan ini diambil setelah badan tersebut mengalami pemangkasan anggaran besar-besaran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) staf oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
NOAA menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi memperbarui basis data Bencana Cuaca dan Iklim bernilai miliaran dolar di Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI), yang telah mengumpulkan informasi selama lebih dari 45 tahun. Hal ini berarti data mengenai kerugian akibat bencana cuaca ekstrem akan berhenti diperbarui.
Baca juga: Anak-anak yang Lahir pada 2020 Akan Hadapi Cobaan Iklim yang Berat
“Pemerintahan ini berpikir bahwa jika mereka berhenti mengidentifikasi perubahan iklim, perubahan iklim akan hilang begitu saja,” ujar Eric Sorensen, Anggota DPR dari Illinois, dalam komentarnya yang dikutip dari Ecowatch pada Senin (12/05/2025).
Saat ini disitus resmi NOAA menyatakan bahwa hingga 8 April 2025, tidak ada bencana cuaca yang menyebabkan kerugian miliaran dolar. Namun, para ilmuwan di NCEI memperkirakan bahwa enam hingga delapan bencana besar telah terjadi sepanjang tahun ini.
Di antaranya adalah kebakaran hutan besar yang melanda sebagian wilayah Los Angeles pada awal tahun, yang merusak properti dan infrastruktur senilai sekitar 150 miliar dolar AS — menjadikannya bencana paling mahal dalam sejarah Amerika Serikat.
Badai dahsyat, termasuk tornado, serta banjir, juga telah menyebabkan kerusakan signifikan di Amerika Serikat tahun ini. Di antara bencana-bencana tersebut, badai petir dengan angin kencang dan hujan es mencatatkan kerugian terbesar. Badai ini bertanggung jawab atas sekitar 75 persen dari total kerugian senilai 28 miliar dolar AS pada tahun 2023.
Juru bicara NOAA, Kim Doster, menjelaskan bahwa keputusan untuk menghentikan pembaruan basis data bencana ini disebabkan oleh perubahan prioritas, mandat undang-undang, dan pengurangan staf.
Padahal, selama beberapa dekade, NOAA telah melacak ratusan peristiwa cuaca ekstrem di seluruh negeri yang menyebabkan kerusakan triliunan dolar. Basis data tersebut telah menggunakan informasi dari Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA), lembaga negara bagian, dan organisasi asuransi untuk menghitung total kerugian setiap bencana.
Jeremy Porter, salah satu pendiri First Street, sebuah firma pemodelan keuangan yang menilai risiko iklim, menyatakan bahwa tanpa pendanaan untuk basis data bencana NOAA, sulit untuk mereplikasi atau memperluas analisis tren kerusakan, terutama pada tingkat regional atau lintas jenis bahaya.
Porter menjelaskan, “Yang membuat sumber daya ini sangat berharga bukan hanya metodologinya yang terstandarisasi selama beberapa dekade, tetapi juga fakta bahwa data ini diambil dari sumber-sumber yang tidak dapat diakses oleh sebagian besar peneliti, seperti estimasi kerugian reasuransi dan basis data klaim swasta.”
Jeff Masters, seorang ahli meteorologi dari Yale Climate Connections, menambahkan bahwa basis data NOAA telah menjadi "standar emas" yang digunakan untuk mengevaluasi biaya cuaca ekstrem, dan tidak ada pengganti yang dapat diandalkan.
Baca juga: Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Tanaman di Gunung Tak Mampu Adaptasi
Selain itu, kini para ahli telah menghubungkan meningkatnya intensitas peristiwa cuaca ekstrem, termasuk Badai Milton, kebakaran hutan di California selatan, dan suhu yang sangat panas, dengan krisis iklim. Kristina Dahl, wakil presiden bidang sains dari lembaga nirlaba Climate Central, juga menegaskan bahwa meskipun pemerintah menghentikan pendanaan untuk pelacakan biaya bencana, kenyataannya adalah peristiwa cuaca ekstrem terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Peristiwa cuaca ekstrem yang menyebabkan banyak kerusakan adalah salah satu cara utama bagi masyarakat untuk melihat bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan mempengaruhi kehidupan mereka,” kata Dahl.
Ia menambahkan, kalau sangat penting untuk menyoroti peristiwa-peristiwa ini, karena semua perubahan ini akan membuat warga Amerika semakin rentan terhadap dampak perubahan iklim
Sumber: https://www.ecowatch.com/noaa-climate-crisis-disasters-cost-tracking.html
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya