Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi Inggris: Target Iklim Tak Ilmiah, Perjanjian Paris Bisa Ditinggal

Kompas.com, 14 Mei 2025, 19:26 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Seorang politisi senior dari Partai Konservatif Inggris mengusulkan agar negara tersebut keluar dari Perjanjian Paris, kesepakatan iklim global yang saat ini diikuti oleh hampir seluruh negara di dunia.

Andrew Bowie, politisi tersebut, menyebut bahwa target global untuk mencapai nol emisi gas rumah kaca pada 2050 tidak ilmiah dan berpihak. Menurutnya, target itu dibentuk tanpa dasar ilmiah yang kuat dan lebih bersifat simbolis.

“Tapi kita tidak seharusnya dibatasi oleh target sewenang-wenang seperti harus tahun 2050, yang hanya dipilih karena terlihat cocok sebagai tanggal akhir. Tidak ada alasan ilmiah untuk memilih 2050 sebagai tahun pencapaian nol bersih,” ujar Bowie kepada The Guardian, Rabu (14/5/2025).

Bowie juga menyampaikan bahwa keanggotaan Inggris dalam perjanjian iklim Paris sedang ditinjau dalam evaluasi kebijakan internal partai. Sejauh ini, hanya Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang menarik diri.

Perjanjian Paris adalah kesepakatan internasional tahun 2015 yang menetapkan batas kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celsius, idealnya 1,5 derajat Celsius, untuk menghindari bencana iklim yang semakin ekstrem. Target nol emisi 2050 adalah salah satu langkah utama untuk mencapainya.

Menanggapi, ilmuwan tetap menegaskan bahwa target itu berdasar pada konsensus ilmiah global. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyatakan, untuk membatasi kenaikan suhu, emisi dunia harus nol bersih pada pertengahan abad.

“Semua skenario IPCC yang dapat menjaga suhu di bawah 2 derajat Celcius memerlukan pencapaian nol bersih secara global pada 2050, jadi seharusnya negara seperti Inggris justru mencapainya lebih cepat,” kata Friederike Otto, ahli iklim dari Imperial College London.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Masa Depan Pisang

Namun, Bowie menanggapi bahwa ada ilmuwan yang tidak sepakat soal batas waktu tersebut, meski tidak menyebut nama.

“Ada cukup banyak ilmuwan yang mengatakan kita tidak perlu mencapai nol bersih pada 2050,” tegasnya.

Pernyataan Bowie bertolak belakang dengan posisi Inggris sebelumnya, yang sempat menjadi pemimpin global dalam komitmen nol emisi 2050 saat menjadi tuan rumah KTT Iklim PBB COP26 di Glasgow tahun 2021.

Bowie mengklaim bahwa kebijakan iklim yang terlalu ambisius justru dapat memperburuk kemiskinan dan ketergantungan energi.

“Kita harus mengembangkan strategi energi yang memungkinkan kita melakukan dekarbonisasi, tapi dengan cara yang mendukung kemakmuran dan keamanan nasional,” ujarnya.

Padahal, laporan OECD dan Stern Review tahun 2006 menunjukkan bahwa upaya mitigasi perubahan iklim justru menguntungkan secara ekonomi dalam jangka panjang.

Mike Childs dari organisasi lingkungan Friends of the Earth menyebut bahwa IPCC terdiri dari ilmuwan paling terkemuka dari 195 negara, dan hasil mereka melalui peninjauan ketat.

“Sangat mengejutkan jika pejabat bayangan energi merasa dirinya lebih tahu daripada para ilmuwan terbaik dunia,” kata Childs.

Baca juga: Dari Piring, Melawan Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
Pemerintah
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Pemerintah
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
LSM/Figur
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
LSM/Figur
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Pemerintah
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PGE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PGE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau