Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Petani Gayo, Produksi Kopi Turun akibat Perubahan Iklim

Kompas.com - 14/05/2025, 20:14 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar petani Gayo, Aceh Tengah mengalami penurunan produksi kopi yang signifikan akibat perubahan iklim. Salah satu petani bernama Imran mengaku, kemerosotan tersebut terjadi sejak 2016 di mana produksi menurun hingga 50 persen.

"Itu (perubahan iklim) banyak berpengaruh. Dari sebelum 2016 produksinya 70.000-80.000 ton per tahun. Delapan tahun belakangan ini, 30.000-40.000 ton, separuhnya hilang," ujar Imran saat ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025).

Menurut dia, beberapa tahun ke belakang cuaca kerap tak menentu. Pemanasan global pun memicu penyakit pada biji kopi arabika yang ditanam para petani.

Baca juga: Regulator Perbankan Global Kompak Atasi Risiko Iklim

"Pemanasan global berpengaruh ke penyakit pengerek buah yang cepat. Sangat rentan dia, itu masalahnya yang kami hadapi sebagai petani di Gayo," ucap Imran.

Makin meningkatnya suhu global turut memengaruhi biji kopi yang dihasilkan. Sebab, biji kopi arabika yang ditanam petani Gayo membutuhkan suhu dingin yang stabil dengan ketinggian 1.300-1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

"Pengaruh faktor alam, curah hujan tinggi dan enggak menentu. Dulu bisa diperkirakan bulan Desember, Oktober, November hujan. Sekarang enggak ada lagi. Ini contohnya Mei, Juni sudah hujan," ungkap dia.

Oleh sebab itu, petani membuka kerja sama dengan World Resource Institute (WRI), HSBC, dan pemerintah untuk menjalankan produksi kopi yang berkelanjutan.

Baca juga: Krisis Iklim di Afrika, 200 Juta Orang Terancam Kelaparan

Direktur Program Pangan, Lahan, dan Air WRI, Tomi Haryadi, menjelaskan program itu berlangsung pada 2025-2027 untuk menekankan praktik perkebunan berkelanjutan di Desa Bale Redelong.

WRI bakal mengintervensi 1.200 hektare hutan desa dengan menerapkan pendekatan good agricultural practices.

"Beberapa intervensi seperti perhutanan sosial, agroforestri, good agricultural agroforestry practices yang dikerjakan merupakan salah satu intervensi yang kami lakukan untuk memastikan bahwa konservasi hutan tetap terjaga," papar Tomi.

"Selain itu, kami melakukan intervensi mencegah terjadinya sampah yang tidak terkendali. Ini sering terjadi karena sampah dari buangan kopi seringnya dibakar dan menimbulkan pencemaran," imbuh dia.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Masa Depan Pisang

Pendekatan tersebut difokuskan pada pemaksimalan penanaman produk non-kayu hutan di kawasan hutan lindung. Tujuan lainnya, menurunkan emisi gas rumah kaca serta melibatkan kelompok perempuan dan pemuda dalam pengolahan kopi.

Sehingga, dapat meningkatkan produktivitas kopi hingga 1,2-2 juta ton per hektare.

“Dengan pendekatan ini, kami berharap pasar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi komunitas petani, sekaligus mendukung konservasi hutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca,” ucap dia.

Baca juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim dalam Kehidupan Sehari-hari

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau