KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) memetakan sebanyak 19 kecamatan di daerah tersebut rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau panjang.
Kepala Pelaksana BPBD Muara Enim, Abdurrozieq Putra di Muara Enim, Selasa (24/6/2025), mengatakan, menghadapi musim kemarau panjang tahun ini pihaknya telah menetapkan status siaga karhutla.
Penetapan status tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Muara Enim Nomor 359/KPTS/BPBD/2025 tentang Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana Hidrometeorologi Kering Karhutla di wilayah setempat.
Hal itu sejalan dengan surat BMKG Sumatera Selatan Nomor e.B/KL.01.00/027/KPLG/III/2025 tanggal 18 Maret 2025 yang menyatakan bahwa puncak musim kemarau di wilayah Sumsel diprediksi berlangsung mulai Juni-Agustus 2025.
Dalam penetapan status tersebut pihaknya telah memetakan sebanyak 19 kecamatan di daerah itu rawan terjadi karhutla.
Baca juga: Menteri LH Minta Industri Sawit Berkoordinasi untuk Mitigasi Karhutla
Daerah rawan karhutla tersebut meliputi Kecamatan Muara Belida, Gelumbang, Lawang Kidul, Tanjung Agung, Belida Darat, Kelekar, Lembak, Lubai, Lubai Ulu, dan Rambang.
Kemudian, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Belimbing, Gunung Megang, Ujan Emas, Benakat, Panang Enim, Semende Darat Ulu, Semende Darat Tengah, dan Semende Darat Laut.
Dia menjelaskan, daerah-daerah ini dipetakan rawan terjadi karhutla karena masih banyak terdapat lahan gambut dan organik serta dekat dengan lokasi pertambangan yang mudah terbakar saat kemarau panjang melanda.
Terkait hal itu, masyarakat diimbau untuk menghindari kegiatan yang dapat memicu terjadinya karhutla seperti membuka lahan pertanian dengan cara dibakar karena berpotensi menimbulkan bencana kabut asap.
Sebagai upaya penanggulangan, pihaknya mengaktifkan kembali posko di setiap kecamatan di Kabupaten Muara Enim yang diisi oleh personel BPBD dibantu masyarakat peduli api untuk siaga memantau titik panas yang berpotensi menimbulkan karhutla.
"Posko penanggulangan bencana ini diaktifkan kembali agar peristiwa karhutla dapat ditanggulangi sedini mungkin," ujarnya seperti dikutip Antara.
Baca juga: Kemarau Basah, Karhutla 2025 Minimal Harus Serendah 2022
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya