Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarau Basah, Karhutla 2025 Minimal Harus Serendah 2022

Kompas.com - 26/05/2025, 08:50 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Ilmuwan senior Center for International Forestry Research - World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) dan Guru Besar IPB, Herry Purnomo, berharap, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2025 bisa turun signifikan.

Pasalnya, seperti diwartakan Badan meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau pada 2025 adalah kemarau basah. Dengan kondisi itu, potensi kebakaran hutan, terutama di ekosistem penting seperti gambut, lebih rendah.

"Saya berharap bisa seperti ahun 2022. Kalau bisa kembali pada level tersebut, itu luar biasa," kata Herry saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/5/2025). 

Hutan yang lahan yang terbakar pada 2022 mencapai 220.000 hektar. Meski masih tergolong luas, Herry menyebutnya salah satu yang terendah dan mengatakannya sebagai prestasi Indonesia dalam penanggulangan karhutla.

Baca juga: Jelang Kemarau, 752 Anggota Gapki Tetapkan Standar Penanganan Karhutla

Karhutla kemudian meningkat drastis pada 2023, mencapai 1,2 juta hektar. Herry mengasosiasikannya dengan ajang pemilu. Tahun 2024, sebanyak 370.000 hektar hutan dan lahan terbakar lagi.

"Karena tahun ini lebih basah, harusnya kebakarannya rendah. Kita tetap harus perhatikan dan hati-hati dengan plantation," katanya.

Menteri LH, Hanif Faisol Nurofiq, di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Minggu, mengatakan bahwa kerugian akibat karhutla dari 2019 - 2023 saja mencapai Rp 18 triliun.

Hanif mengingatkan para pemegang konsesi bahwa karhutla di wilayah mereka akan berkonsekuensi pidana. 

"Kami tidak mau peduli jika lahan ini terbakar disebabkan oleh masyarakat ataupun oleh mereka sendiri. Maka akan berikan sanksi pidana," ujarnya.

Kementerian LH telah menyurati seluruh perusahaan pemegang konsesi untuk menyampaikan laporan penanggulangan karhutla.

"Apabila hal ini tidak dipenuhi oleh perusahaan, kami akan memberikan teguran yang berkonsekuensi sanksi pindana," kata Hanif.

Baca juga: Menteri LH Minta Industri Sawit Berkoordinasi untuk Mitigasi Karhutla

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau