Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTA Dunia Kembali Menggeliat, Didorong Pompa Penyimpan Energi

Kompas.com, 1 Juli 2025, 15:09 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan terbaru dari International Hydropower Association (IHA) menunjukkan adanya momentum global yang kuat dalam pengembangan energi air.

Pendorong utama momentum ini, menurut laporan, berasal dari peningkatan pembangkit listrik tenaga air pompa (pumped storage hydropower/PSH).

Sebagai informasi PSH adalah jenis pembangkit listrik tenaga air yang dapat menyimpan energi.

Ketika ada kelebihan listrik dari sumber lain, misalnya, dari panel surya atau turbin angin saat produksi tinggi, listrik tersebut digunakan untuk memompa air ke reservoir yang lebih tinggi.

Kemudian, saat listrik dibutuhkan air dilepaskan kembali melalui turbin untuk menghasilkan listrik. Sistem ini sangat penting untuk menyeimbangkan jaringan listrik dengan energi terbarukan.

Mengutip Power Engineering International, Selasa (1/7/2025), berdasarkan laporan berjudul '2025 World Hydropower Outlook' yang dirilis pada 25 Juni 2025, pada tahun lalu, kapasitas pembangkit listrik tenaga air yang baru dipasang di seluruh dunia mencapai 24,6 Gigawatt.

Artinya, pada tahun 2024, jumlah listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga air di seluruh dunia meningkat sebesar 10 persen dan totalnya mencapai 4.578 Terawatt-jam.

Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam produksi energi listrik bersih dari sumber tenaga air.

Baca juga: Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Data peningkatan kapasitas dan produksi listrik tenaga air menunjukkan pemulihan yang kuat dari kondisi rendah yang diakibatkan oleh kekeringan pada tahun sebelumnya.

Dan menurut laporan, penambahan kapasitas global tersebut mencakup pembangkit listrik tenaga air pompa (PSH) yang mengalami pertumbuhan yang sangat besar dan signifikan secara global.

Penambahan kapasitas PSH mencapai 8,4 GW, meningkatkan total kapasitas global menjadi 189 GW.

Hal ini menandakan tren percepatan, di mana laju penambahan PSH dalam dua tahun terakhir hampir berlipat ganda, sehingga rata-rata lima tahunan naik drastis menjadi 6 GW per tahun, jauh di atas rata-rata 2-4 GW per tahun selama dua dekade sebelumnya.

Peran PSH pun yang semakin penting sebagai solusi penyimpanan energi di tengah pertumbuhan energi terbarukan.

Laporan juga menyoroti pada akhir tahun 2024, potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga air di seluruh dunia sangat besar, mencapai lebih dari 1.075 Gigawatt.

Angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 8 persen dari tahun sebelumnya, menandakan pertumbuhan yang kuat.

Dari total potensi tersebut, sekitar 600 GW adalah proyek PSH, sementara 475 GW adalah proyek tenaga air konvensional.

Lebih lanjut, pertumbuhan pesat di sektor tenaga air, baik dalam bentuk PSH maupun hidro konvensional, terjadi karena dua alasan utama.

Pertama adalah meningkatnya kebutuhan dan dorongan untuk solusi penyimpanan listrik serta peran pembangkit listrik tenaga air konvensional dalam menyediakan energi bersih yang stabil dan berkontribusi pada pembangunan sistem energi yang rendah karbon secara keseluruhan.

"Seiring dengan terus tumbuhnya pasar energi terbarukan, tenaga air penyimpanan pompa memainkan peran yang makin penting dalam memastikan fleksibilitas dan stabilitas sistem," ungkap Eddie Rich, CEO IHA.

Baca juga: China Akan Miliki PLTA Terbesar di Dunia, Kalahkan Rekornya Sendiri

"Pada saat yang sama, bagi banyak wilayah, peningkatan tenaga air konvensional tetap menjadi prioritas untuk mencapai tujuan iklim dan pembangunan global. Dalam menghadapi meningkatnya volatilitas iklim, kita harus membangun tidak hanya sistem energi bersih, tetapi juga sistem yang tangguh," tambahnya.

Sementara itu, dalam hal pengembangan tenaga air di berbagai wilayah, China tetap menjadi yang terdepan atau pemimpin.

Pada tahun 2024, China menambahkan kapasitas pembangkit listrik tenaga air sebesar 14,4 Gigawatt.

Dari 14,4 GW kapasitas yang ditambahkan China, lebih dari 7,2 GW adalah PSH.

Penambahan kapasitas ini berada di jalur yang tepat dalam mencapai tujuan China yakni untuk mencapai 120 Gigawatt kapasitas PSH pada 2030.

Tahun 2024 juga tahun yang sangat penting atau bersejarah bagi energi terbarukan di Eropa karena kombinasi dari hidro, angin, dan surya menjadi sumber utama pasokan listrik di Uni Eropa

Kinerja ini didorong oleh curah hujan yang luar biasa tinggi sehingga produksi listrik dari tenaga air melonjak hingga mencapai 680 Terawatt-jam (TWh). Angka ini adalah yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.

Sedangkan Afrika juga tengah mengalami lonjakan signifikan dalam penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air pada tahun 2024, melebihi dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Meskipun tenaga air sudah menyumbang 20 persen dari listrik benua, potensi pengembangannya masih sangat besar, dengan hanya sekitar 11 persen dari total potensi 600 GW yang sudah dimanfaatkan.

Munculnya gelombang baru proyek, terutama yang digerakkan oleh pengembang swasta, menunjukkan masa depan yang cerah untuk energi hidro sebagai bagian krusial dari sistem energi Afrika yang berkembang.

Baca juga: Ironi Energi: Emisi Pecahkan Rekor meskipun Energi Terbarukan Melonjak

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Pemerintah
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
LSM/Figur
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau