Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan PBB: Kelaparan Turun Tipis ke 8,2 Persen, tetapi Ketimpangan Makin Menganga

Kompas.com, 30 Juli 2025, 18:34 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan 'State of Food and Nutrition in the World' (SOFI) 2025 yang dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa 28 Juli menyebut, kelaparan menimpa hingga 720 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2024, yang setara dengan sekitar 8,2 persen populasi global.

Sementara itu, diperkirakan 2,3 miliar orang di dunia mengalami kerawanan pangan (food insecure), baik dalam tingkat sedang maupun parah.

Angka ini memang membaik dari tahun 2023 dan 2022, namun distribusi kemajuannya tidak seimbang.

Asia masih menjadi benua dengan kasus kurang gizi terbanyak (323 juta), diikuti Afrika (307 juta), dan Amerika Latin dan Karibia (34 juta).

Baca juga: Krisis Air Picu Kelaparan, Retno Marsudi Ungkap 3 Solusinya

Melansir Down to Earth, Senin (28/7/2025), Asia memiliki jumlah orang yang rawan pangan terbanyak, tetapi jika dihitung persentasenya terhadap total populasi di setiap benua, Afrika memiliki persentase penduduk yang rawan pangan lebih tinggi.

Laporan mencatat, kerawanan pangan terus-menerus atau meningkat di beberapa wilayah lain seperti Afrika, dan memperkirakan bahwa lebih dari satu dari lima orang yang tinggal di Afrika menghadapi kelaparan kronis.

Laporan juga menyoroti, meskipun ada beberapa kemajuan baru-baru ini, tingkat kelaparan global pada tahun 2024 masih jauh di atas tingkat pra-pandemi, bahkan lebih tinggi daripada tahun 2015, ketika PBB meluncurkan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Laporan juga melakukan sebuah analisis untuk memproyeksikan berapa banyak orang yang mungkin menghadapi kelaparan pada tahun 2030.

Proyeksi ini didasarkan pada perkiraan yang tersedia dari variabel-variabel mendasar seperti demografi, produktivitas pertanian, dan ekonomi, khususnya prakiraan makroekonomi.

Baca juga: Krisis Iklim di Afrika, 200 Juta Orang Terancam Kelaparan

Menurut proyeksi laporan, sebanyak 512 juta orang atau enam persen dari populasi global, mungkin akan mengalami kurang gizi kronis pada tahun 2030. Hal ini menyoroti tantangan besar dalam mencapai tujuan nol kelaparan.

Namun lagi-lagi, meski diperkirakan ada perbaikan di semua wilayah selama lima tahun ke depan, perbedaan signifikan masih tetap ada.

Pada tahun 2030, sebanyak 60 persen dari orang yang kurang gizi di dunia akan berada di Afrika, di mana 17,6 persen populasinya akan menghadapi kelaparan kronis.

Sementara di Asia, serta di Amerika Latin dan Karibia, prevalensi kurang gizi akan turun di bawah 5 persen.

Laporan SOFI sendiri merupakan laporan tahunan yang disusun oleh lima badan PBB. Laporan ini menyajikan data dan analisis terbaru tentang kelaparan, ketahanan pangan, dan gizi di seluruh dunia. Laporan ini juga memuat kemajuan dalam pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).

Baca juga: PBB: Bencana Kelaparan Terjadi Akibat Konflik hingga Guncangan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau