Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Jadi Tantangan Pengembangan Ekonomi Hijau di Kabupaten Sigi

Kompas.com, 25 Agustus 2025, 19:17 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Jakarta, Kompas.com - Krisis iklim telah menjadi permasalahan mendasar di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, Afif Lamakarate mengatakan, dampak nyata krisis iklim di wilayahnya dapat ditinjau dari cuaca ekstrem dan bencana alam.

Cuaca di Kabupaten Sigi saat ini sudah tidak bisa diprediksi lagi. "Oh, ya, hujan, terus tiba-tiba dia panas, (itu) sudah (berlangsung) lama, dan lain sebagainya. Nah, ini tentunya menjadi tantangan itu sendiri buat pemerintah dan buat para petani," ujar Afit dalam webinar Kabupaten Bergerak; Inovasi Menuju Masa Depan Lestari dan Berdaya, Senin (25/8/2025).

Selain cuaca ekstrem, Kabupaten Sigi juga menghadapi tantangan bencana alam. Kabupaten Sigi kerap dilanda banjir bandang, tanah longsor, serta berbagai bencana alam lain yang mengancam sumber kehidupan masyarakat di sektor pertanian dan perkebunan.

Bahkan, pada 2018 lalu, bencana gempa bumi melanda Kabupaten Sigi, yang diperparah dengan curah hujan tinggi dan banjir bandang. Afit meyakini, kondisi serupa berpotensi terjadi lagi dan diperburuk dengan fenomena angin kencang.

“Kondisi-kondisi seperti ini semakin menyadarkan kami, pemerintah dan masyarakat, bahwa kita harus menjaga hutan dan lingkungan,” tutur Afit.

Kabupaten Sigi menjadi salah satu daerah di Sulawesi Tengah yang masih mempertahankan kondisi lingkungan yang baik.

Kabupaten Sigi menolak tawaran pengembangan sektor pertambangan dan memilih pembangunan berkelanjutan berbasis ekonomi hijau.

Pemerintah Kabupaten Sigi berupaya mencari solusi berkelanjutan melalui peningkatan kesadaran masyarakat dan kolaborasi.

Menurut Afit, penting untuk menyadarkan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan perkebunan terkait kondisi Kabupaten Sigi yang sangat rentan terhadap berbagai macam potensi bencana. Termasuk pula terkait permasalahan peningkatan jumlah sampah yang dibuang masyarakat.

Di sisi lain, kolaborasi dianggap penting karena pemerintah daerah tidak dapat lagi mengurus seluruh aspek pembangunan sendirian. Kolaborasi dengan berbagai pihak dilakukan untuk mendorong peningkatan perekonomian di sektor pertanian dan perkebunan.

"APBD (kabupaten) Sigi yang secara perhitungan fiskal umum masuk dalam kategori rendah, maka kami akan banyak berputar-putar kan. (tapi), kami tidak ingin menyerah. Kami akan melakukan penguatan yang berbasis, misalnya, pelaku bisnis-bisnis yang dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan.
Hal ini terus didorong oleh Kabupaten Sigi, bersama kawan-kawan UKM," tutur Afit.

Ia berharap, pembangunan berkelanjutan berbasis ekonomi hijau dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Sigi.

Pemerintah Kabupaten Sigi akan mengukur dampak ekonomi hijau secara detail, termasuk kontribusi dari berbagai produk tertentu seperti kopi, serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.

"Kami ingin menghitung nantinya, sesuai dengan target kami di tahun 2030 itu bisa enak dihitung. Nah, sumbangan ekonomi hijau itu berapa persen? Bahkan kami lebih detail, mau menambah. Di mana? Siapa yang mendapatkannya? Dan sebagainya," ujar Afit.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ancaman Pengasaman Laut di Perairan Paparan Sunda
Ancaman Pengasaman Laut di Perairan Paparan Sunda
Pemerintah
Perubahan Iklim Berisiko Tingkatkan Penyakit Pernapasan hingga Gangguan Mental
Perubahan Iklim Berisiko Tingkatkan Penyakit Pernapasan hingga Gangguan Mental
LSM/Figur
Bentrok dengan Komitmen Iklim, Reklamasi Surabaya Ancam 900 Hektar Mangrove
Bentrok dengan Komitmen Iklim, Reklamasi Surabaya Ancam 900 Hektar Mangrove
LSM/Figur
Satu Dekade RI Gagal Capai Target Bauran Energi Terbarukan, Penasihat Presiden: Memang Kita Negara Berkembang
Satu Dekade RI Gagal Capai Target Bauran Energi Terbarukan, Penasihat Presiden: Memang Kita Negara Berkembang
LSM/Figur
Pemerintah Dinilai Tidak Kompak Dorong Energi Terbarukan
Pemerintah Dinilai Tidak Kompak Dorong Energi Terbarukan
LSM/Figur
Prospek Bagus, Penasehat Presiden Jawab Kritik soal Jualan Karbon di COP30
Prospek Bagus, Penasehat Presiden Jawab Kritik soal Jualan Karbon di COP30
Pemerintah
Angklung Digital, Cara Baru Ajak Dunia Merawat Tradisi Tanah Air
Angklung Digital, Cara Baru Ajak Dunia Merawat Tradisi Tanah Air
Pemerintah
Di COP30, Kemenhut Ungkap Komitmen Rehabilitasi 12,7 Juta Ha Lahan Hutan
Di COP30, Kemenhut Ungkap Komitmen Rehabilitasi 12,7 Juta Ha Lahan Hutan
Pemerintah
Komunitas Medis Global Desak Penghapusan Bahan Bakar Fosil di COP30
Komunitas Medis Global Desak Penghapusan Bahan Bakar Fosil di COP30
Pemerintah
Program Smartani Antar Sido Muncul Jadi Peringkat Pertama Indonesia's SDGs Action Awards 2025
Program Smartani Antar Sido Muncul Jadi Peringkat Pertama Indonesia's SDGs Action Awards 2025
BrandzView
UN Women Peringatkan, Kekerasan Digital Berbasis AI Ancam Perempuan
UN Women Peringatkan, Kekerasan Digital Berbasis AI Ancam Perempuan
Pemerintah
Kelaparan Global Bisa Diatasi dengan Kurang dari 1 Persen Anggaran Militer
Kelaparan Global Bisa Diatasi dengan Kurang dari 1 Persen Anggaran Militer
Pemerintah
Gunung Semeru Erupsi, Jalur Pendakian Ditutup dan Pendaki Diminta Turun
Gunung Semeru Erupsi, Jalur Pendakian Ditutup dan Pendaki Diminta Turun
Pemerintah
Korea Selatan Pensiunkan PLTU, Buka Peluang Investasi Energi Bersih RI
Korea Selatan Pensiunkan PLTU, Buka Peluang Investasi Energi Bersih RI
LSM/Figur
Rumput Laut RI Dilirik Investor Asing untuk Produksi Sedotan Ramah Lingkungan
Rumput Laut RI Dilirik Investor Asing untuk Produksi Sedotan Ramah Lingkungan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau