Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Staf Maskapai Dunia Desak Industri Penerbangan Percepat Aksi Iklim

Kompas.com, 26 Agustus 2025, 18:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ratusan orang yang bekerja di industri penerbangan termasuk staf dari perusahaan besar seperti Air France, KLM, Airbus, dan Lufthansa mendesak para pemimpin perusahaan mereka untuk mengambil tindakan iklim yang jauh lebih ambisius.

Ratusan orang yang tergabung dalam kelompok bernama Call Aviation to Action (CAA) ini menuntut beberapa hal yang tidak sejalan dengan pandangan industri penerbangan saat ini tentang perubahan iklim.

Contohnya adalah tuntutan untuk menetapkan target pengurangan emisi secara mutlak. Pencapaian target semacam itu kemungkinan akan memerlukan pembatasan layanan penerbangan, sebuah strategi yang juga bertentangan dengan rencana industri saat ini.

"Call Aviation to Action dimulai karena kami menemukan bahwa ada banyak sekali orang di industri ini yang benar-benar peduli terhadap perubahan iklim, tetapi juga sangat berkomitmen pada dunia penerbangan, dan mereka tidak bisa menyuarakan pendapatnya," kata Karel Bockstael, seorang konsultan penerbangan dan mantan wakil presiden bidang keberlanjutan di KLM.

Baca juga: Pertamina SAF Mengudara, Siap Jadi Bahan Bakar Bersih Dunia Penerbangan

Melansir Trellis, Jumat (22/8/2025), ambisi industri penerbangan untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero) sebagian bergantung pada Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA).

CORSIA adalah perjanjian tahun 2016 yang mewajibkan maskapai penerbangan yang berpartisipasi untuk membatasi emisi pada 85 persen dari tingkat emisi tahun 2019. Setiap pertumbuhan emisi setelah itu harus diimbangi dengan membeli kredit karbon yang disetujui oleh CORSIA.

Selain itu, sekitar 30 maskapai penerbangan juga telah berkomitmen pada target jangka pendek dengan inisiatif Science Based Targets (SBTi), atau telah mendapatkan validasi target dari organisasi tersebut.

Untuk selaras dengan target pemanasan global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius, SBTi mengharuskan maskapai penerbangan untuk mengurangi intensitas emisi sebesar 30 persen pada tahun 2030 dan 50 persen pada tahun 2035.

Namun menurut CAA, kedua standar tersebut tidak memadai jika industri penerbangan ingin tetap berada dalam batasan global.

Bockstael berpendapat bahwa CORSIA cacat karena banyak proyek pengimbangan emisi gagal memberikan manfaat iklim yang dijanjikan.

"Ini akan mendukung solusi berbahan bakar  fosil sampai akhir zaman dan pertumbuhan emisi akan terus berlanjut hingga pada titik tertentu, ketersediaan pengimbang tidak akan mencukupi," katanya.

Lebih lanjut, Bockstael mengapresiasi niat baik standar penerbangan SBTi yang mengharuskan seluruh industri untuk menjaga anggaran karbon total yang sejalan dengan target pemanasan 1,5 derajat Celcius.

Namun, CAA berpendapat standar itu dirusak oleh asumsi yang terlalu optimis, baik tentang peningkatan efisiensi maupun keyakinan bahwa bahan bakar jet fosil dapat sepenuhnya diganti pada tahun 2050.

Kelompok-kelompok lingkungan sudah lama menyuarakan tuntutan serupa, tetapi CAA unik karena berasal dari dalam industri itu sendiri.

Baca juga: Tekan Emisi, Sejumlah Negara akan Kenakan Pajak untuk Penerbangan Mewah

Para penandatangan pernyataan ini adalah para profesional dari berbagai bidang, seperti rantai pasok, pengembangan bisnis, strategi, dan juga para pilot.

Kemungkinan berkat koneksi Bockstael, lebih dari 40 karyawan KLM dan Air France—grup maskapai terbesar di Eropa, ikut serta.

"Di KLM, kami melakukan segala yang kami bisa untuk membuat penerbangan lebih bersih, lebih tenang, dan lebih hemat bahan bakar, langkah demi langkah," ungkap seorang juru bicara KLM.

"Membuat penerbangan lebih berkelanjutan memang butuh waktu, dan kemajuannya tidak secepat yang kami inginkan. Tapi itu tidak berarti kami diam saja," katanya lagi.

Juru bicara tersebut menambahkan bahwa maskapai ini sedang menginvestasikan lebih dari 8 miliar dolar AS untuk pesawat yang lebih efisien dan merupakan salah satu pembeli bahan bakar penerbangan berkelanjutan terbesar di dunia.

"Fakta bahwa seruan untuk perubahan datang dari dalam sektor penerbangan dan dari para karyawannya sendiri, bahkan dari beberapa pimpinan senior, ini sangat menjanjikan," tambah Deborah McNamara, direktur eksekutif ClimateVoice, sebuah organisasi nirlaba yang mendukung aksi iklim yang dipimpin oleh para karyawan.

Baca juga: Survei: Publik di Negara Berkembang Lebih Percaya Ilmuwan Jadi Sumber Informasi Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau