Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi UI: Giant Sea Wall Bakal Ubah Ekosistem Pesisir Pantura

Kompas.com, 2 September 2025, 12:18 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa, menyampaikan giant sea wall atau tanggul laut raksasa akan mengubah ekosistem di Pantai Utara Jawa (Pantura). Tanggul ini rencananya dibangun dengan jarak yang panjang dan menjorok ke arah lautan.

"Artinya bahwa akan ada perubahan ekosistem pesisir pada saat itu dibangun. Kan harapannya dibangun ada yang direklamasi dan ada bendungan, tetapi intinya dua hal itu mengubah kondisi ekosistem di pantai utara," kata Mahawan saat dihubungi, Senin (1/9/2025).

Tanggul laut raksasa juga dinilai tidak menyelesaikan permasalahan utama di pantai utara, khususnya di Jakarta. Mahawan menyebut, penurunan tanah, pencemaran, dan banjir rob menjadi masalah di kawasan tersebut.

"Dari aspek ekonomi apalagi itu (tanggul laut) kan mahal. Jadi saya kira ini perlu dipertimbangkan kembali mengenai pembangunan giant sea wall itu," ucap dia.

Menurut dia, land subsidence atau penurunan tanah disebabkan kondisi struktur tanah yang belum siap, sehingga akan terus menurun. Sementara pencemaran tetap bisa terjadi jika persoalan limbah rumah tangga dan industri tidak diatasi.

"Tanggul laut tidak mengatasi land subsidence, tidak mengatasi pencemaran di pesisir. Mengenai rob, itu masuk akal ya dengan adanya tanggul robnya tidak sampai ke masyarakat atau permukiman yang ada di pantai," tutur Mahawan.

Namun, tanggul laut raksasa justru akan menyebabkan air sulit mengalir ke lautan ketika terjadi hujan ekstrem.

Baca juga: Otorita Pengelola Pantura Jawa Fokus Bangun Tanggul Laut untuk Jaga Ekosistem Pesisir

"Jadi, tidak bisa mengatakan tanggul laut menjadi satu solusi bagi tiga persoalan inti di Pantai Utara Jawa, land subsidence, pencemaran di pesisir, dan rob," sebut dia.

Mahawan mengusulkan, solusi penanganan permasalahan utama di pesisir harus dari hulu dan hilir. Reklamasi terbatas dengan mengeruk hilir pesisir bisa menjadi jalan keluar untuk mengatasi krisis air dan penurunan tanah.

Reklamasi semacam ini menggunakan hasil pengerukan untuk mengangkat daratan di titik tertentu, bukan mengubah total garis pantai. Kemudian, menegakan hukum bagi industri maupun rumah tangga yang membuang limbahnya ke alam dan menggerakan sungai bersih.

"Ketiga, yang di luar pencemaran maka dilakukan restorasi dikembalikan menjadi ekosistem aslinya yaitu mangrove. Ada mangrove makin sehat di situ, nanti tempat ikan berkembang menjadi ekosistem perikanan di wilayah Laut Jawa Utara Jakarta bisa sehat kembali," jelas Mahawan.

Rencana Pembangunan

Diberitakan sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto, menganggap, tanggul laut adalah infrastruktur vital yang perlu diselesaikan. Setidaknya, pembangunan harus dimulai di eranya, meski bukan dirinya yang meresmikan karena pembangunannya membutuhkan waktu puluhan tahun.

"Saya ingin garisbawahi salah satu proyek infrastruktur yang sangat strategis, yang sangat vital bagi kita. Merupakan suatu mega proyek tapi harus kita laksanakan adalah giant sea wall, tanggul laut Pantai Utara Jawa," kata Prabowo dalam sambutannya di acara penutupan Konferensi Internasional Infrastruktur Tahun 2025 di Jakarta Pusat, 12 Juni 2025.

Prabowo menghitung pembangunannya membutuhkan dana senilai 80 miliar dollar AS. Pendanaan itu berdasarkan panjang tanggul laut yakni lebih dari 500 kilometer dari Banten hingga ke Gresik, Jawa Timur.

Baca juga: Tanggul Laut Raksasa Berisiko Tinggi, Libatkan Masyarakat Sejak Awal

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau