Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakatua Tanimbar, Spesies Cerdas Asal Maluku yang Populasinya Kian Terancam

Kompas.com, 3 September 2025, 10:33 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Populasi kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana) kian terancam karena pembalakan liar hingga perdagangan ilegal. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Tri Haryoko, menyebutkan 151.681 ekor kakatua tanimbar dieskpor ke 34 negara pada 1981-2018.

Berdasarkan data, Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor. Kini, International Union for Conservation of Nature Red List menetapkan status kakatua tanimbar sebagai near threatened atau mendekati terancam punah. 

"Memang sebelum status ini dilindungi ini sudah keluar hampir 90 persen waktu belum dilindungi ekspornya. Kemudian sejak 2004 sudah tidak ada lagi ekspor dan kami yang ada di scientific authority tidak pernah memberikan lagi kuota ekspor terhadap spesies ini dari pengambilan di alam," kata Tri dalam webinar, Selasa (2/9/2025).

Baca juga: Kemenhut-IPB Kembangkan Teknologi Reproduksi untuk Konservasi Satwa Dilindungi

"Yang kami masih rekomendasikan adalah dengan aturan perundangannya berlaku, juga ekspor hanya bisa dilakukan melalui hasil-hasil penangkaran," imbuh dia.

Di sisi lain, konservasi ek situ kakatua tanimbar pun masih terbatas. Tri menyampaikan, terdapat 46 ekor koleksi kakatua tanimbar di 10 lembaga konservasi dari total 51 lembaga yang ada. Sejauh ini, hanya ada enam penangkaran dengan 96 ekor indukan kakatua tanimbar.

"Jadi suaka margasatwa yang ada menjadi penting untuk tetap ditetapkan sebagai area konservasi. Karena tantangan ancaman biasanya pembukaan lahan sering kali ketersediaan pohon sarang dan pakan menjadi ancaman, jadi ini menjadi perhatian ketika melakukan penanaman kembali atau menghindari eksploitasi pohon sarang," jelas Tri.

Kakatua jenis ini biasa membangun sarang di pohin besar seperti kenari, yang kerap menjadi sasaran pembalakan liar. Alhasil, kakatua tanimbar terpaksa kehilangan rumah mereka.

Tri menekankan aparat penegak hukum bisa menggunakan data untuk membedakan jenis satu dengan yang lainnya serta mengidentifikasi antara populasi liar dan hasil pengembangbiakan.

"Karena memang beberapa modus ini juga bisa digunakan sering kali melakukan laundry istilahnya. Jadi sebenarnya hasil tangkapan tapi diklaim sebagai hasil pengembangbiakan," ujae dia.

Spesies Cerdas

Tri memaparkan bahwa burung endemik Kepulauan Tanimbar ini dikenal sebagai salah satu jenis kakatua paling cerdas di dunia. Sejumlah penelitian membuktikan kakatua tanimbar mampu menggunakan bahkan menciptakan alat sederhana untuk mendapatkan makanan.

Saat diberi kacang mete, misalnya, mereka memotong serpihan kayu sesuai ukuran untuk mengambil kacang tersebut. Ketika jaraknya jauh, serpihan kayu dibuat panjang namun jika dekat dibuat lebih pendek.

Baca juga: Terancam Punah, Kakatua Jambul Kuning Pulau Moyo Dipantau dengan Camera Trap

"Dia menggunakan alat untuk mengekstrak buah. Salah satu buah yang ada dibuka kemudian mengekstrak makan atau kacang-kacangan bijinya untuk dia makan, ini salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh spesies ini, ucap dia.

Sejumlah kajian ekologi, genetik, dan konservasi dilakukan untuk meneliti persebaran, habitat, pakan, maupun interaksi kakatua tanimbar dengan ekosistem sekitar. Hasilnya, spesies itu bersifat oportunis dan adaptif, mampu memanfaatkan berbagai sumber makanan di hutan maupun di lahan pertanian.

Ketika pakan terbatas di musim kemarau, kakatua tanimbar bahkan mampu menggali tanah untuk menemukan umbi. Perilaku itu membedakanny dengan spesies kakatua lainnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
Pemerintah
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Swasta
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Pemerintah
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
Pemerintah
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
LSM/Figur
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
Pemerintah
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Pemerintah
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
LSM/Figur
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
LSM/Figur
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Pemerintah
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau