JAKARTA, KOMPAS.com - Populasi kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana) kian terancam karena pembalakan liar hingga perdagangan ilegal. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Tri Haryoko, menyebutkan 151.681 ekor kakatua tanimbar dieskpor ke 34 negara pada 1981-2018.
Berdasarkan data, Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor. Kini, International Union for Conservation of Nature Red List menetapkan status kakatua tanimbar sebagai near threatened atau mendekati terancam punah.
"Memang sebelum status ini dilindungi ini sudah keluar hampir 90 persen waktu belum dilindungi ekspornya. Kemudian sejak 2004 sudah tidak ada lagi ekspor dan kami yang ada di scientific authority tidak pernah memberikan lagi kuota ekspor terhadap spesies ini dari pengambilan di alam," kata Tri dalam webinar, Selasa (2/9/2025).
Baca juga: Kemenhut-IPB Kembangkan Teknologi Reproduksi untuk Konservasi Satwa Dilindungi
"Yang kami masih rekomendasikan adalah dengan aturan perundangannya berlaku, juga ekspor hanya bisa dilakukan melalui hasil-hasil penangkaran," imbuh dia.
Di sisi lain, konservasi ek situ kakatua tanimbar pun masih terbatas. Tri menyampaikan, terdapat 46 ekor koleksi kakatua tanimbar di 10 lembaga konservasi dari total 51 lembaga yang ada. Sejauh ini, hanya ada enam penangkaran dengan 96 ekor indukan kakatua tanimbar.
"Jadi suaka margasatwa yang ada menjadi penting untuk tetap ditetapkan sebagai area konservasi. Karena tantangan ancaman biasanya pembukaan lahan sering kali ketersediaan pohon sarang dan pakan menjadi ancaman, jadi ini menjadi perhatian ketika melakukan penanaman kembali atau menghindari eksploitasi pohon sarang," jelas Tri.
Kakatua jenis ini biasa membangun sarang di pohin besar seperti kenari, yang kerap menjadi sasaran pembalakan liar. Alhasil, kakatua tanimbar terpaksa kehilangan rumah mereka.
Tri menekankan aparat penegak hukum bisa menggunakan data untuk membedakan jenis satu dengan yang lainnya serta mengidentifikasi antara populasi liar dan hasil pengembangbiakan.
"Karena memang beberapa modus ini juga bisa digunakan sering kali melakukan laundry istilahnya. Jadi sebenarnya hasil tangkapan tapi diklaim sebagai hasil pengembangbiakan," ujae dia.
Tri memaparkan bahwa burung endemik Kepulauan Tanimbar ini dikenal sebagai salah satu jenis kakatua paling cerdas di dunia. Sejumlah penelitian membuktikan kakatua tanimbar mampu menggunakan bahkan menciptakan alat sederhana untuk mendapatkan makanan.
Saat diberi kacang mete, misalnya, mereka memotong serpihan kayu sesuai ukuran untuk mengambil kacang tersebut. Ketika jaraknya jauh, serpihan kayu dibuat panjang namun jika dekat dibuat lebih pendek.
Baca juga: Terancam Punah, Kakatua Jambul Kuning Pulau Moyo Dipantau dengan Camera Trap
"Dia menggunakan alat untuk mengekstrak buah. Salah satu buah yang ada dibuka kemudian mengekstrak makan atau kacang-kacangan bijinya untuk dia makan, ini salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh spesies ini, ucap dia.
Sejumlah kajian ekologi, genetik, dan konservasi dilakukan untuk meneliti persebaran, habitat, pakan, maupun interaksi kakatua tanimbar dengan ekosistem sekitar. Hasilnya, spesies itu bersifat oportunis dan adaptif, mampu memanfaatkan berbagai sumber makanan di hutan maupun di lahan pertanian.
Ketika pakan terbatas di musim kemarau, kakatua tanimbar bahkan mampu menggali tanah untuk menemukan umbi. Perilaku itu membedakanny dengan spesies kakatua lainnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya