JAKARTA, KOMPAS.com — Jakarta selalu punya dua wajah. Satu sisi, ia menjadi pusat perekonomian nasional dengan kontribusi sekitar 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Namun di sisi lain, Jakarta masih bergulat dengan masalah klasik perkotaan, mulai dari keterbatasan air bersih, tumpukan sampah, kemacetan, banjir, hingga penurunan muka tanah di pesisir utara.
Kondisi inilah yang dipaparkan Kepala Bidang Perekonomian Bappeda DKI Jakarta Feirully Irzal bertajuk Mapping Out Urban Problems & Building a Sustainable City dalam Lestari Summit and Award 2025 yang digelar di Raffles Hotel Jakarta, Kamis (2/10/2025).
“Hari ini kita masih menghadapi 6,46 persen wilayah Jakarta sebagai kawasan kumuh, tingkat kebocoran air mencapai 45,88 persen, dan rata-rata 7.735 ton sampah per hari yang perlu diangkut ke Bantar Gebang. Jika tidak ditangani secara sistematis, masalah ini akan terus menggerus kualitas hidup warga,” ujar Feirully, Kamis.
Baca juga: Surabaya hingga Jakarta Paparkan Strategi Kota Berkelanjutan di Lestari Summit 2025
Feirully turut memaparkan data dari PAL Jaya dan DSDA 2024. Ia menjelaskan bahwa grey water (air limbah domestik) yang tidak terolah di Jakarta masih mencapai 60 persen.
Belum lagi soal banjir yang terus menghantui, terutama dengan laju penurunan muka tanah mencapai 9 sentimeter (cm) per tahun di kawasan Muara Angke dan Muara Baru [InaRisk BNPB 2024]. Kondisi ini membuat sebagian wilayah Jakarta semakin rentan tergenang.
Di tengah tantangan itu, Jakarta juga harus menghadapi fakta pahit, yakni kualitas udara yang kerap buruk, serta indeks kelayakhunian yang menempatkan Jakarta di urutan 132 dari 173 kota dunia (EIU, 2025).
Meski masalah perkotaan terasa berat, Jakarta tidak ingin sekadar bertahan. Melalui RPJPD 2025–2045, pemerintah menargetkan ibu kota negara ini masuk menjadi 50 besar kota global pada 2030 dan 20 besar kota global dunia pada 2045.
Visi tersebut disusun dalam beberapa tahapan, mulai dari foundation building (2025–2029), innovative and inclusive growth (2030-2034), sustainable transformation (2035–2039), hingga elevated global leadership (2040–2045).
Baca juga: Praktik Baik Kota Surabaya, Mengubah Sampah Menjadi Energi dan Inovasi Global Kota Berkelanjutan
Fokus utamanya meliputi, transportasi hijau, termasuk MRT, LRT, hingga 420 bus listrik baru.
Pengelolaan sampah modern, dengan fasilitas RDF Rorotan yang mampu mengolah 2.500 ton sampah padat per hari menjadi bahan bakar alternatif.
Kemudian, pembangunan perumahan inklusif, salah satunya melalui proyek Rusunawa Daan Mogot.
Ada pula ketahanan iklim, dengan target penurunan emisi 50 persen pada 2030 dan net zero emission pada 2050.
Transformasi yang diupayakan Jakarta tidak mungkin mewujud tanpa kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media.
“Jakarta harus menjadi tempat di mana semua orang memiliki ruang, dan tidak ada yang tertinggal. Perjalanan ini ditempuh dengan transformasi berkelanjutan, kolaborasi yang kuat, dan kemajuan bersama,” ujar Pramono Anung dalam ASEAN Sustainable Urban Forum 2025.
Konsep Transit Oriented Development (TOD) juga menjadi kunci, agar 70 persen warga bisa tinggal dan beraktivitas dekat titik transit. Selain efisiensi mobilitas, strategi ini diharapkan mendorong warga lebih memilih transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi.
Baca juga: Di Lestari Summit 2025, Astra Beberkan Komitmen Penguatan Ketahanan Desa
Jakarta sebenarnya memiliki peluang besar. Dengan statusnya sebagai pusat ekonomi, kota ini bisa menjadi laboratorium pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara.
Proyek strategis yang digulirkan melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPDBU), seperti SPAM Jatiluhur II dan MRT Fase IV, menjadi bukti bahwa Jakarta serius membuka pintu bagi investasi hijau.
“Kita ingin Jakarta bukan hanya sebagai pusat bisnis nasional, tetapi juga kota layak huni yang ramah lingkungan, kompetitif, dan mampu bersaing dengan kota-kota global lain,” tambah Feirully.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya