JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara maksimum di sejumlah wilayah mencapai 38 derajat celsius dalam beberapa hari terakhir. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyampaikan cuaca panas disebabkan peralihan musim dan kombinasi gerak semu matahari di selatan ekuator.
Sehingga wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan mengalami panas yang intens. Selain itu, Monsun Australia turut berkontribusi terhadap peningkatan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia.
"Daerah yang mengalami suhu panas antara lain Karanganyar, Jawa Tengah (38,2 derajat celsius), Majalengka, Jawa Barat (37,6 derajat celsius), Boven Digoel, Papua (37,3 derajat celsius), dan Surabaya, Jawa Timur (37 derajat celsius)," ungkap Andri saat dikonfirmasi, Jumat (17/10/2025).
Baca juga: BMKG Peringatkan Cuaca Panas Bakal Terjadi hingga Awal November
Di sisi lain, hujan intensitas lebat pada sore hingga malam hari terjadi akibat aktivitas konvektif lokal di beberapa wilayah antara lain Belawan, Sumatera Utara; Deli Serdang, Sumatera Utara; dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Menurut Andri, kondisi tersebut menunjukkan periode transisi musim dari kemarau menuju musim hujan di area tropis.
"Cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan masih didominasi oleh cuaca cerah hingga berawan. Kondisi ini berpeluang terjadi hingga akhir Oktober atau awal November 2025," tutur dia.
Potensi hujan yang bersifat lokal masih dapat terjadi pada sore hingga atau malam hari di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Sirkulasi siklonik terpantau di barat Sumatera dan di Laut Natuna, yang membentuk daerah konvergensi dan konfluensi di wilayah sekitarnya.
Bibit Siklon Tropis 96W terpantau di Samudra Pasifik Timur Filipina. Andri menyampaikan, gelombang rossby dan kelvin berkontribusi dalam pembentukan awan konvektif yang meningkatkan peluang terjadinya hujan di berbagai wilayah.
Baca juga: Kita Telah Sampai pada Titik Kritis Iklim, Tekornya Capai 10 Kali Lipat dari Awal Milenium
"Kondisi atmosfer yang relatif labil mampu mendorong terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia," jelas dia.
Pada periode 17-23 Oktober 2025, cuaca di Indonesia umumnya didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. BMKG memperingatkan peningkatan hujan dengan intensitas sedang di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Kemudian di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.
Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat waspada terhadap cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu,seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
Kedua, menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
"Diimbau siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja," pungkas Andri.
Baca juga: Deforestasi Amazon Kurangi Curah Hujan dan Picu Kenaikan Suhu
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya