Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Peringatkan Cuaca Panas Bakal Terjadi hingga Awal November

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 07:46 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca panas bakal terjadi hingga akhir Oktober atau awal November 2025. Hal ini disampaikan menyusul suhu maksimum yang mencapai 37,6 derajat celsius di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, kondisi tersebut disebabkan kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh monsun Australia.

Monsun Australia membawa massa udara kering dan hangat sehingga pembentukan awan minim serta radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara maksimal.

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia," ujar Guswanto dalam keterangannya, Rabu (15/10/2025).

Baca juga: Karhutla 2025 Perparah Krisis Iklim dan Membuat Cuaca Makin Panas

Adapun penyebab utama cuaca panas adalah posisi gerak semu matahari yang pada bulan Oktober berada di selatan ekuator. Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyampaikan, suhu maksimum mencapai di atas 35 derahat celsius menyebar luas di seluruh wilayah.

Cuaca panas ekstrem terjadi di sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa bagian barat hingga timur, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa wilayah Papua.

Suhu tertinggi tercatat sebesar 36,8 derajat celsius di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; Kupang, NTT; serta Majalengka, Jawa Barat, pada 12 Oktober 2025. Suhu menurun menjadi 36,6 derajat celsius di Sabu Barat (NTT) di 13 Oktober 2025. Lalu, suhu kembali meningkat pada 14 Oktober 2025 berkisar antara 34–37 derajat.

Andri memerinci, sejumlah wilayah yakni Kalimantan, Papua, Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan NTT mencapai suhu maksimum 35–37 derajat celsius. Majalengka serta Boven Digoel, Papua, juga menunjukkan peningkatan suhu hingga 37,6 derajat celsius.

“Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan,” papar dia

Potensi hujan lokal

Di sisi lain, BMKG turut memprediksi adanya hujan lokal akibat aktivitas konvektif di sore hingga malam hari. Ini berpotensi melanda sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

Baca juga: Desain Hunian Ramah Iklim Bantu Kota Atasi Panas Ekstrem

Pihaknya mengimbau masyarakat menjaga kesehatan dengan mencukupi kebutuhan cairan, serta menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama khususnya pada siang hari.

Anda dapat memantau secara berkala informasi cuaca terkini dan peringatan dini melalui situs resmi http://www.bmkg.go.id, akun media sosial BMKG, atau aplikasi Info BMKG.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau