JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bahwa banjir, cuaca ekstrem, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi bencana alam paling dominan sepanjang Januari-19 Oktober 2025.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mencatat total ada 2.606 kejadian bencana pada periode tersebut.
"Di Sumatera, Sumatera Utara dan Riau yang paling tinggi kejadian bencananya, sedangkan di Jawa itu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Kejadian yang paling besar, paling banyak banjir, cuaca ekstrem dan karhutla," kata Abdul dalam tayangan YouTube BNPB, Senin (20/10/2025).
Abdul menjelaskan, wilayah Sumatera didominasi bencana banjir, sementara Kalimantan dilanda karhutla. Memasuki peralihan musim, bencana yang kerap terjadi berupa cuaca ekstrem.
Baca juga: BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan Pada Desember, Waspadai Banjir dan Longsor
Kondisi tersebut umumnya tidak mengakibatkan kerusakan bangunan layaknya gempa, banjir bandang dan sebagainya. Namun, tetap berpotensi memakan korban jiwa.
"Jadi ada dua korban jiwa akibat cuaca ekstrem, karena biasanya cuaca ekstrem ini yang paling berbahaya itu kalau kita lagi di luar ruangan ya, ada pohon tumbang atau papan reklam dan seterusnya. Jadi ini tetap menjadi kuwaspadaan dan kesiapsiagaan bagi masyarakat," tutur dia.
Cuaca ekstrem kali ini mendominasi kawasan Jawa. Alhasil, Jabodetabek dapat merasakan panas pada pagi hari dan hujan lebat disertai angkin kencang di siang harinya dalam beberapa pekan kemarin.
Di sisi lain, BNPB mencatat daerah dilaporkan mengalami kerusakan akibat cuaca ekstrem, terutama di wilayah Jawa Tengah. Di Wonosobo sebanyak 23 rumah rusak, sedangkan di Sragen 21 rumah. Di Bali dan Nusa Tenggara, fenomena cuaca ekstrem dan kekeringan masih berlangsung.
Masyarakat lantas diminta waspada dan selalu mengecek informasi terkait prakiraan cuaca untuk mengantisipasi.
"Kalau kita lihat pulau per pulau ada beberapa kejadian banjir, tetapi pada umumnya masih terkendali. Karena pada fase Oktober dan awal November biasanya meskipun hujan deras, durasi waktunya masih pendek," papar Abdul.
Ia memaparkan, pada Desember 2025-Februari 2026 merupakan puncak musim hujan. Karenanya, wilayah Kalimantan harus mewaspadai potensi banjir berkepanjangan.
Baca juga: Industri Baja Perparah Kerentanan Cilegon Hadapi Krisis Iklim dan Bencana Ekologis
"Karena belum baru banjirnya mau surut, hujannya datang lagi, mau surut, hujannya datang lagi. Sedangkan pada fase Oktober dan awal November ini, meskipun hujan turun biasanya sangat lebat tetapi durasinya pendek," ungkap dia.
Berdasarkan prakiraan BMKG, cuaca hingga 23 Oktober 2025 umumnya didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. Peningkatan hujan dengan intensitas sedang terjadi di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau.
Kemudian di Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Selanjutnya di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya