Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNEP Kucurkan 100 Juta Dolar AS untuk Aksi Iklim, Indonesia Termasuk Penerima

Kompas.com - 21/10/2025, 16:37 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) dan Fasilitas Lingkungan Global (GEF), bersama dengan Bank Pembangunan Amerika Latin (CAF) dan Bank Pembangunan Asia (ADB), secara resmi meluncurkan Program Terpadu Akselerator Net-Zero Nature-Positive.

Program ini dirancang untuk mengintegrasikan target iklim dan keanekaragaman hayati melalui perubahan sistem ekonomi dan keuangan secara menyeluruh.

Tujuan lainnya adalah mendorong pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat agar segera melakukan aksi yang terintegrasi.

Melansir Eco Business, Senin (20/10/2025), walaupun para ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati saling berhubungan erat, respons dunia masih terpisah-pisah dan minim pendanaan.

Banyak anggaran negara tidak sesuai dengan target lingkungan, dan sistem keuangan negara jarang mendorong investasi swasta dalam jumlah besar yang diperlukan.

Baca juga: Langkah Mundur Aksi Iklim, Aliansi Perbankan Net-Zero Global Bubar

Ketiadaan keselarasan ini menghambat pencapaian tujuan terkait iklim dan pelestarian alam.

Itu mengapa tujuan dari Program Terpadu Akselerator Net-Zero Nature Positive adalah membantu berbagai negara mengintegrasikan target iklim dengan upaya perlindungan keanekaragaman hayati ke dalam strategi nasional mereka.

Termasuk juga mendukung pelaksanaan Perjanjian Paris, Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework, dan komitmen global lainnya melalui pendekatan yang melibatkan seluruh sektor ekonomi dan masyarakat.

Program tersebut akan memberikan dukungan kepada 12 negara, yaitu Chile, Kosta Rika, Pantai Gading, Indonesia, Mauritius, Meksiko, Maroko, Nigeria, Tanzania, Thailand, Trinidad dan Tobago, dan Vietnam.

Dukungan ini meliputi proyek di tingkat nasional dan pengembangan platform global untuk berbagi ilmu, peningkatan kapasitas, dan inovasi.

Pelaksanaan program di masing-masing negara juga akan dibantu oleh UNDP, UNIDO, dan FAO.

Baca juga: Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun

Lebih lanjut, Program Terpadu Akselerator Net-Zero Nature-Positive ini disusun untuk mencapai target terukur, antara lain pemulihan atau peningkatan pengelolaan lahan seluas 1 juta hektare dan pengurangan emisi karbon sekitar 75 juta ton.

Pencapaian target ini secara langsung akan mendukung misi global untuk memangkas emisi gas rumah kaca dan menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati dalam dekade krusial ini.

Saat ini, semua tenaga dan upaya harus dikerahkan untuk menghadapi tiga masalah besar yang melanda Bumi, yaitu krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan alam, serta polusi dan sampah.

"Program ini adalah kesempatan emas untuk menggalang dana pemerintah dan swasta, meningkatkan kemampuan lembaga, dan memasukkan solusi berbasis alam ke dalam strategi pembangunan negara kita," kata Dr. Sam Mugume dari Uganda, Wakil Ketua Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim (CFMCA).

Secara ilmiah terbukti, krisis perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati saling berkaitan erat, sehingga penanganannya harus dilakukan secara terpadu.

Peresmian program ini pun menjadi titik balik penting dalam cara negara-negara dan lembaga internasional menangani perubahan iklim dan keanekaragaman hayati.

Baca juga: Pakar Peringatkan, Kredit Karbon Justru Hambat Target Iklim Global

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Usai BRGM Dibubarkan, 26.000 Hektar Gambut Terbakar, Siapa Kini yang Bertanggung Jawab?
Usai BRGM Dibubarkan, 26.000 Hektar Gambut Terbakar, Siapa Kini yang Bertanggung Jawab?
LSM/Figur
Belantara Foundation Ingatkan Pentingnya Koeksistensi untuk Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia
Belantara Foundation Ingatkan Pentingnya Koeksistensi untuk Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia
LSM/Figur
KLH Usul Pemda Tarik Retribusi untuk Kelola Sampah Jadi Energi Listrik
KLH Usul Pemda Tarik Retribusi untuk Kelola Sampah Jadi Energi Listrik
Pemerintah
BRIN Wanti-wanti Hujan Mikroplastik Tak Hanya Terjadi di Jakarta
BRIN Wanti-wanti Hujan Mikroplastik Tak Hanya Terjadi di Jakarta
Pemerintah
Pemanfaatan Teknologi CCS Justru Berisiko Tingkatkan Emisi Karbon
Pemanfaatan Teknologi CCS Justru Berisiko Tingkatkan Emisi Karbon
LSM/Figur
Terang Lampu Surya Selamatkan Penyu, Kurangi Kasus Terjerat hingga 63 Persen
Terang Lampu Surya Selamatkan Penyu, Kurangi Kasus Terjerat hingga 63 Persen
LSM/Figur
PSN Merauke Dikritik Picu Deforestasi, Pemerintah Bilang Siap Reforestasi
PSN Merauke Dikritik Picu Deforestasi, Pemerintah Bilang Siap Reforestasi
Pemerintah
UNEP Kucurkan 100 Juta Dolar AS untuk Aksi Iklim, Indonesia Termasuk Penerima
UNEP Kucurkan 100 Juta Dolar AS untuk Aksi Iklim, Indonesia Termasuk Penerima
Pemerintah
Intervensi Pangan Berkelanjutan Perlu Libatkan Anak dan Remaja
Intervensi Pangan Berkelanjutan Perlu Libatkan Anak dan Remaja
LSM/Figur
Standar Baru Emisi Disepakati, Peluang Akhiri Kekacauan Perhitungan
Standar Baru Emisi Disepakati, Peluang Akhiri Kekacauan Perhitungan
Swasta
Kemenhut: Kelompok Tani Hutan Bakal Pasok Produk ke Kopdes Merah Putih
Kemenhut: Kelompok Tani Hutan Bakal Pasok Produk ke Kopdes Merah Putih
Pemerintah
Perpres Baru Akui Semua Skema Karbon, Akhiri Tumpang Tindih Proyek Hijau
Perpres Baru Akui Semua Skema Karbon, Akhiri Tumpang Tindih Proyek Hijau
LSM/Figur
IESR: Harga Listrik akan Mahal jika Pemerintah Pertahankan PLTG
IESR: Harga Listrik akan Mahal jika Pemerintah Pertahankan PLTG
LSM/Figur
Prabowo Teken Perpes 110 Tahun 2025, Disebut Bisa Percepat Investasi Hijau
Prabowo Teken Perpes 110 Tahun 2025, Disebut Bisa Percepat Investasi Hijau
Pemerintah
BNPB: Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Karhutla Jadi Bencana Paling Dominan sejak Awal 2025
BNPB: Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Karhutla Jadi Bencana Paling Dominan sejak Awal 2025
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau