JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki, mengatakan Kelompok Tani Hutan (KTH) bakal memasok produk perkebunan mereka ke Koperasi Desa Merah Putih. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat ekonomi desa berbasis potensi lokal.
KTH nantinya menyediakan berbagai komoditas unggulan sesuai wilayah berupa madu, kopi, pala, lada, ataupun hasil perkebunan lainnya.
"Karena di Koperasi Desa Merah Putih ada gerai sembako yang wajib untuk dibangun. Kemudian nanti madu, kopi, dan yang lain, komunitas unggulan bisa dipasarkan di Kooperasi Desa Merah Putih," ujar Rohmat ditemui usai acara Musyawarah Nasional Penyuluhan Kehutanan 2025 di Jakarta Barat, Selasa (21/10/2025).
Dengan begitu, para petani turut melestarikan hutan sekaligus menjadi motor ekonomi desa melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang berkelanjutan.
Baca juga: Pengamat: Pengawasan Hutan Lemah karena Anggaran Pengelolaan Terlalu Kecil
Dalam kesempatan itu, Rohmat menyinggung terkait nilai transaksi ekonomi (NTE) dari 27.136 KTH yang mencapai Rp 2,9 triliun. Sementara, program Perhutanan Sosial tercatat memiliki nilai ekonomi nasional sebesar Rp 1 triliun dari 3.146 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS).
Ia memerinci, NTE berasal dari aktivitas ekonomi 10.094 KTH yang didampingi 3.138 penyuluh ASN, 6.029 penyuluh swadaya masyarakat, dan 883 penyuluh swasta.
"Jumlah ini sangat membanggakan meskipun belum seluruh KTH memiliki NTE KTH yang dapat dicatatkan. Tetapi ke depan kami harus terus mendorong agar percatatan ini bisa lebih optimal," jelas Rohmat.
Menurut Rohmat, penyuluhan kehutanan serta pengembangan Kopdes Merah Putih merupakan bagian dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2025.
“Koperasi berfungsi sebagai wadah kolektif bagi para penyuluh kehutanan, Kelompok Tani Hutan, dan masyarakat desa hutan untuk memperkuat akses permodalan, meningkatkan daya saing produk hasil hutan, serta mendorong kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal” papar Rohmat.
Baca juga: Hutan Miskin Pendanaan, Butuh Rp 3500 T per Tahun agar Tetap Kaya Manfaat
Pendampingan terkait pengelolaan lahan berbasis komoditas unggulan dinilai perlu dilakukan lantaran banyaknya jumlah kelompok tani. Mereka juga mendapatkan pelatihan untuk menerapkan agriforestri.
"Jadi yang ditanam itu jangan hanya tanaman semusim atau pangan saja, tetapi juga ada tanaman kehutanan. Sehingga juga berfungsi mencegah erosi, mencegah banjir," tutur dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya