Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: 3 Miliar Orang Alami Masalah Otak, Cuma yang Kaya Bisa Berobat

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 19:24 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap, lebih dari 40 persen penduduk dunia atau lebih dari 3 miliar mengalami masalah kesehatan terkait dengan kondisi otak dan saraf (neurologis).

Sepuluh kondisi neurologis paling umum itu mencakup stroke, migrain, meningitis, penyakit Alzheimer dan jenis demensia lainnya.

Selain itu, daftar tersebut juga memasukkan komplikasi saraf yang berhubungan dengan kelahiran prematur, gangguan spektrum autisme, dan berbagai jenis kanker yang menyerang sistem saraf.

"Dengan lebih dari satu dari tiga orang di dunia hidup dengan kondisi yang memengaruhi otak mereka, kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk meningkatkan layanan kesehatan yang mereka butuhkan," kata Dr. Jeremy Farrar, Asisten Direktur-Jenderal WHO, dikutip dari laman resmi United Nations, Selasa (14/10/2025).

Baca juga: Ketergantungan pada Energi Fosil Tingkatkan Risiko dan Biaya Kesehatan di RI

Banyak masalah neurologis ini sebetulnya bisa dicegah atau ditangani dengan baik. Sayangnya, layanan kesehatan yang diperlukan masih belum tersedia secara luas, khususnya bagi mereka yang tinggal di wilayah pedesaan dan daerah terpencil yang minim layanan.

Walaupun data menunjukkan tingginya angka kasus, kurang dari sepertiga negara di dunia yang memiliki kebijakan nasional yang terstruktur untuk menangani peningkatan beban penyakit neurologis tersebut.

Badan PBB tersebut menyatakan bahwa dari total 194 Negara Anggota WHO, hanya 102 negara (sekitar 53 persen) yang memberikan kontribusi untuk laporan ini.

Angka tersebut menunjukkan betapa minimnya perhatian global yang diberikan terhadap masalah neurologi.

Sementara hanya 63 negara (sekitar 32 persen dari total) yang telah menetapkan kebijakan nasional untuk mengatasi gangguan neurologis, dan jumlah yang jauh lebih kecil, yaitu 34 negara (18 persen), yang mengalokasikan dana khusus untuk penanganan masalah ini.

Laporan juga menyoroti adanya kesenjangan yang ekstrem. Negara-negara berpendapatan rendah hanya memiliki ahli saraf dengan rasio lebih dari 80 kali lipat lebih sedikit jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi.

Baca juga: Studi: Pembakaran Bahan Bakar Fosil Ancam Kesehatan 1,6 Miliar Orang

Selain itu, akses terhadap layanan penting juga terbatas, terbukti dengan hanya 25 persen negara yang mencantumkan gangguan neurologis dalam cakupan kesehatan universal mereka.

Padahal, layanan kritis seperti unit stroke dan neurologi pediatrik (anak) sering kali tidak memadai dan terpusat di kawasan perkotaan saja.

Lebih lanjut, meski penyakit neurologis menuntut perawatan jangka panjang, hanya 46 negara yang menyediakan layanan dukungan bagi perawat dan hanya 44 negara yang memiliki perlindungan hukum bagi mereka.

Kondisi ini menyebabkan para perawat informal yang sebagian besar adalah perempuan sering kali bekerja tanpa adanya pengakuan atau dukungan yang memadai.

WHO mendesak pemerintah di seluruh dunia agar menetapkan gangguan neurologis sebagai prioritas utama kebijakan melalui kepemimpinan yang kuat dan alokasi dana yang berkelanjutan, sekaligus memperluas akses ke layanan perawatan melalui implementasi cakupan kesehatan universal.

Langkah-langkah lain yang harus dilakukan termasuk mempromosikan kesehatan otak dan memperkuat sistem kesehatan beserta mekanisme pemantauannya.

Baca juga: Ketergantungan pada Energi Fosil Tingkatkan Risiko dan Biaya Kesehatan di RI

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau