JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) telah mengerahkan tim pendamping keluarga untuk memberikan pemulihan emosional atau trauma healing kepada anak-anak korban banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumater Barat.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji mengatakan, anak-anak juga mendapatkan pendampingan dari psikolog.
Baca juga:
"Setelah kebutuhan primernya itu terpenuhi sekarang butuh namanya trauma healing itu yang sudah kami kerjakan. Insyaallah teman-teman sudah terbiasa dan punya kemampuan itu dan mengajak psikolog, maupun Generasi Berencana yang melakukan trauma healing di beberapa titik," kata Wihaji dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (10/12/2025).
Wihaji memastikan, setelah banjir bandang melanda tiga provinsi tersebut, para pendamping keluarga memberikan trauma healing secara hati-hati kepada para korban.
"Jadi kami mengundang psikolog, tapi kami juga punya punya sendiri teman-teman yang memang selama ini bekerja di lapangan untuk trauma healing. Jadi biasa untuk memberikan pelayanan psikologis untuk memberikan semangat buat teman-teman yang kena bencana," tutur Wihaji.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, menjelaskan soal stunting, di Jakarta Selatan, Rabu (10/12/2025). Sebagaimana diketahui, banjir bandang melanda tiga provinsi di Sumatera dari Selasa (25/11/2025) sampai Kamis (27/11/2025) lalu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) mencatat total korban meninggal akibat banjir mencapai 969 jiwa, hilang 252 jiwa, dan luka-luka 5.000 jiwa per hari ini.
Sejauh ini, penyelidikan tengah digelar atas dugaan keterkaitan aktivitas pembukaan lahan dan kepatuhan lingkungan perusahaan di kawasan terdampak.
Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri mengambil 27 sampel kayu gelondongan yang berada di sekitar Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Baca juga:
Dirtipidter Bareskrim Polri, Mohammad Irhamni menegaskan, sampel kayu gelondongan yang terbawa arus diambil untuk mendalami asal-usulnya.
"Posko sudah didirikan tiga kilometer dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) DAS (Daerah Aliran Sungai) Garoga. Di sekitar TKP ini, 27 sampel kayu telah diambil, police line (garis polisi) terpasang," ucap Irhamni dalam keterangan persnya, Senin (8/12/2025).
Selain itu, Kepala Desa Garoga dan sejumlah saksi sudah diperiksa guna mendalami soal kayu gelondongan yang terbawa arus di kawasan tersebut.
Irhamni mengatakan, Polri juga menggandeng ahli untuk mendalami soal jenis dan spesifikasi kayu-kayu gelondongan yang disita tersebut.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya