Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif

Kompas.com, 10 Desember 2025, 16:20 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak disabilitas memerlukan pendekatan khusus untuk mendukung kegiatan pembelajaran, karena mereka memiliki kebutuhan yang berbeda dari anak-anak non-disabilitas.

Hal itulah yang disadari oleh ilustrator dan peneliti visual Wenny Yosselina, yang kemudian mengembangkan pendekatan pembelajaran berbasis visual untuk anak-anak disabilitas.

Sebagai pengajar di Kelas Buku Anak ITB serta Art Therapy Centre (ATC) Widyatama Bandung, Wenny merancang ilustrasi yang digunakan sebagai media belajar, terapi, dan komunikasi.

Ia juga terlibat dalam program Art for Goods di Singapura, bekerja bersama seniman lintas negara untuk mendukung literasi visual anak disabilitas.

Baca juga: 50 Peserta Disabilitas Rampungkan Program Pelatihan BERSIAP 2025

Karya visual yang ia rancang dinilai mampu membantu anak-anak dengan autisme, low vision, serta disabilitas tuli memahami informasi dan mengekspresikan diri dengan lebih baik.

“Buku untuk anak berkebutuhan khusus mestinya didesain bersama mereka. Visual mereka lebih kuat dan bisa menjembatani komunikasi,” ujarnya dalam keterangan resmi pekan lalu.

Wenny menyebut banyak buku atau media belajar untuk anak berkebutuhan khusus yang beredar saat ini belum dirancang sesuai kebutuhan mereka. Padahal, menurut penelitian, anak disabilitas lebih mudah memahami pesan melalui visual dibandingkan bahasa verbal.

Bahasa Visual Jadi Kunci Pembelajaran

Pengalaman Wenny bermula pada 2016 saat ia membimbing anak-anak neurodivergen dalam tugas akhir studinya.

Neurodivergen, istilah non-medis untuk menggambarkan seseorang dengan cara kerja otak dan interaksi secara berbeda. Dalam kesan pertama Wenny, anak-anak ini kerap tak menanggapi si lawan bicara bahkan terkesan bandel.

Ia mendapati bahwa gambar merupakan alat komunikasi paling efektif untuk membantu mereka berinteraksi dan menyelesaikan tugas.

“Ketika diminta menggambar, mereka berusaha menyelesaikannya karena ingin membuat orang tua bangga. Visual berbicara lebih kuat dibanding verbal,” katanya.

Menurut Wenny, anak disabilitas memiliki kemampuan unik dalam mengoleksi aset visual di pikiran. Dari situ, terbentuklah bahasa visual yang membantu mereka memaknai bahasa verbal sehari-hari.

Baca juga: Bus Makin Modern tetapi Belum Inklusif, Perempuan dan Disabilitas Terpinggirkan

Karena itu, buku visual yang ia rancang menekankan ilustrasi jelas, fokus pada satu objek, warna lembut, dan latar yang tidak ramai agar tidak mengalihkan perhatian.

Namun kebutuhan visual tidak bisa diseragamkan. Untuk anak low vision, misalnya, diperlukan garis tebal serta kontras visual tinggi. Sementara buku digital memberi fleksibilitas desain namun memiliki risiko distraksi.

Beasiswa dan Proyek Sosial

Keterlibatan Wenny dalam program internasional memperluas kontribusinya. Dalam project Adventures in the Symphony of Colours, ia bekerja sama dengan seniman Indonesia dan Singapura untuk menciptakan buku visual dan karya audio-visual bagi anak disabilitas yang menampilkan unsur budaya seperti wayang, batik, dan karakter harimau Sumatra.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Guru Besar IPB Sebut Tak Tepat Kebun Sawit Penyebab Banjir Sumatera
Guru Besar IPB Sebut Tak Tepat Kebun Sawit Penyebab Banjir Sumatera
LSM/Figur
Perkuat Profesionalisme, AIIR Jadi Organisasi Profesi Investor Relations Pertama di Indonesia
Perkuat Profesionalisme, AIIR Jadi Organisasi Profesi Investor Relations Pertama di Indonesia
LSM/Figur
13 Perusahaan Dinilai Picu Banjir Sumatera, Walhi Desak Kemenhut Cabut Izinnya
13 Perusahaan Dinilai Picu Banjir Sumatera, Walhi Desak Kemenhut Cabut Izinnya
LSM/Figur
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
LSM/Figur
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Pemerintah
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
LSM/Figur
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau