KALIMANTAN TENGAH, KOMPAS.com - Triputra Agro Persada Group (TAPG) melalui anak usahanya, PT Sukses Karya Mandiri (SKM) mengembangkan model kemitraan inti-plasma satu atap di Desa Laman Baru, Kecamatan Permata Kecubung, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.
Dalam model ini, PT SKM (inti) mengelola lahan petani sawit rakyat (plasma) yang diserahkan melalui Koperasi Jati Sejahtera (JS). PT SKM bertanggung jawab penuh dari persiapan lahan, pembibitan, pemupukan, pengendalian hama, pemanenan, hingga pemasaran.
Baca juga:
Petani sawit rakyat, yang tergabung dalam koperasi JS, hanya berkewajiban menjual seluruh tandan buah segar (TBS) mereka kepada PT SKM. Setiap bulan, petani sawit rakyat akan menerima hasil Sisa Hasil Usaha (SHU) yang sudah dikurangi biaya operasional perawatan lahan perkebunan. SHU yang diperoleh anggota petani disebut sekitar Rp 2-3 juta per hektar, tergantung kinerja blok dan periode panen.
Berdasarkan data koperasi JS, total lahan petani rakyat yang dikelola PT SKM mencapai 282,43 hektar. Lahan yang digarap 39 tenaga kerja tersebut, terbagi dalam 47 blok dan mulai ditanami kelapa sawit pada periode tahun 2017-2018.
"Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per hektar. Itu yang kami bagikan untuk ke masing-masing anggota. Total ada sekitar 130 orang," ujar Sekretaris Koperasi Jati Sejahtera, Plasma PT SKM, Indra Ayu Riantika, Rabu (10/12/2025).
Koperasi JS mencatat SHU tertinggi pada Januari-Februari 2025 sebesar Rp 7,5 juta (Rp 7.503.057,69).
Kemudian disusul Rp 6,9 juta (Rp 6.934.244,04) pada Mei-Juni 2025; Rp 6,2 juta (Rp 6.230.866,81) pada Maret-April 2025; Rp 5,6 juta (Rp 5.611.033,95) pada Juli-Agustus 2025; serta Rp 4 juta (Rp 4.067.436,91) pada September-Oktober 2025.
Model kemitraan satu atap PT SKM di Kalimantan Tengah melibatkan petani sawit rakyat, dengan pengelolaan profesional dan efisiensi biaya pupuk.Menurut Estate Manager PT SKM, Syahrial Purba, porsi pemotongan terbesar SHU berasal dari biaya operasional pemupukan.
Manajemen pemupukan memang perlu diperhatikan untuk menghemat pengeluaran, mengingat biaya operasionalnya terbesar dari total produksi. Tim research and development (R&D) menghitung waktu, lokasi, dan dosis pemupukan secara presisi.
"Pupuk kimia kan sudah jelas NPK-nya (kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium), ada kadarnya. Itu bisa dihitung," tutur Syahrial.
PT SKM juga menghemat biaya operasional pemupukan dengan menggunakan pupuk organik dari mengelola limbah cair kelapa sawit (palm oil mill effluent/POME). Pupuk organik tersebut mengurangi biaya operasional pemupukan hingga 30 persen.
"Kalau bergantung dengan pupuk organik itu tidak akan mencukupi," ucapnya.
Dari segi produktivitas dalam menghasilkan TBS, data koperasi JS melaporkan adanya peningkatan yield per hectar (YPH), dari 14,26 ton per hektar pada 2022, menjadi 21,37 ton per hektar tahun 2025. PT SKM menargetkan YPH pada 2026 mencapai 26 ton per hektar.
Baca juga:
Sebagai bagian dari ekspansi plasma, PT SKM baru saja menyelesaikan pembukaan lahan (land clearing) dan penanaman baru seluas 7,70 hektar.
Perluasan itu seiring sejalan dengan semakin banyaknya anggota-anggota koperasi JS menyetorkan lahannya yang termasuk di dalam pemetaan plasma PT SKM.
Jenis tanah lahan perkebunan sawit plasma 100 persen mineral. Secara topografi, sekitar 41 persen lahan perkebunan sawit plasma bertanah datar dan 59 persen bergelombang.
PT SKM menolak lahan bernilai konservasi tinggi (high conservation value/HCV) yang disetorkan petani sawit rakyat melalui koperasi JS.
PT SKM telah mengantongi sertifikasi Indonesia Sustainbale Palm Oil (ISPO) yang menuntutnya untuk mengidentifikasi dan memantau untuk memastikan kelestarian lahan HCV.
Di sisi lain, PT SKM sebagai inti tidak akan melakukan land clearing, mengikuti aturan moratorium sawit. PT SKM hanya akan melakukan peremajaan (replanting) kelapa sawit.
Model kemitraan satu atap PT SKM di Kalimantan Tengah melibatkan petani sawit rakyat, dengan pengelolaan profesional dan efisiensi biaya pupuk.Saat ini, PT SKM sudah menyediakan lebih dari 20 persen luas hak guna usaha (HGU)-nya untuk perkebunan plasma bagi petani rakyat.
Dengan kemitraan satu atap, lahan perkebunan plasma petani sawit rakyat dikelola tenaga kerja profesional dengan menajemen budi daya PT SKM, yang menerapkan praktik pengelolaan terbaiknya (best management practices) secara konsisten.
Kesamaan perlakuan disebut akan menyebabkan kualitas dan kuantitas hasil panen petani sawit rakyat akan serupa dengan perkebunan inti atau milik PT SKM. Misalnya, memakai bibit dari varietas unggul, yang memungkinkan petani sawit rakyat bisa merasakan keuntungan lebih banyak selama 25 tahun ke depan sesuai siklus replanting.
Kemitraan satu atap juga memungkinkan petani sawit rakyat mengatasi berbagai kendala lain terkait keterbatasan modal, seperti kebutuhan pupuk, sampai infrastruktur pengelolaan dan pemasaran. Apalagi, biaya pembukaan lahan dapat mencapai Rp 60 juta per hektar.
"Sejak (penanaman kelapa sawit pada) 2017, beberapa tahun setelahnya produksinya itu (sebesar) 14 ton (pada 2022). Mungkin, kalau digarap sendiri oleh petani, bisa jadi hanya 40-50 persen saja (dari hasil tersebut)," ujar Syahrial.
Dalam model kemitraan ini, petani sawit rakyat disebut hanya terima "beres". Bahkan, petani sawit rakyat disebut bisa memperoleh penghasilan tambahan dengan menjadi tenaga kerja PT SKM, dengan syarat mengikuti prosedur operasional (SOP) perusahaan dalam mengelola perkebunan plasma.
Baca juga: Ada Penumpang Gelap di Balik Kebun Sawit yang Kepung Taman Nasional Tesso Nilo
Estate Manager PT SKM, Syahrial Purba mengatakan, tanaman penutup tanah atau legume cover crop (LCC) dapat mengurangi penggunaan herbisida karena menekan pertumbuhan gulma. LCC juga melindungi tanah dari penyinaran langsung sinar matahari lebih dari 80 persen. Saat tanaman kelapa sawit sudah berusia lebih dari 5 tahun, pelepah kelapa sawit akan menutupi sinar matahari dan LCC akan mati membusuk menjadi pupuk organik. Selain itu, LCC dipakai kebun plasma PT SKM untuk menjaga kelembaban tanah, melindungi tanah air hujan secara langsung, mengurangi aliran permukaan, serta meningkatkan kesuburan tanah.Selain pengelolaan area bernilai konservasi tinggi (HCV), melalui program TAP untuk Negeri juga mendukung kelompok tani peduli api (KTPA). PT SKM berupaya mengatasi permasalahan petani sawit rakyat yang membuka lahan dengan cara dibakar.
PT SKM perlu memitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan mengajak masyarakat dari desa-desa setempat untuk menghindari kebiasaan tersebut.
"Karena api dari lahan petani dapat menjalar pula ke perkebunan perusahaan sehingga di desa-desa didorong untuk memiliki 'pemadam kebakaran'," ucapnya.
PT SKM melatih dan menyediaan sarana prasaran untuk mendukung program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). PT SKM akan memberikan uang tunai senilai puluhan juta per desa untuk DMPA yang tidak ada pembakaran (zero fire).
Misalnya, PT SKM telah menyerahkan Rp 50 juta kepada dua desa pada 2024 lalu, yang dananya dimasukkan ke bumdes (badan usaha milik desa) agar bisa memutarkan perekonomian lokal. Salah satunya, dana tersebut digunakan untuk membuat peternakan ayam.
TAP untuk Negeri juga memilki program lain yang bergera di bidang pendidikan, kesehatan, konservasi, sampai sosial-ekonomi.
Baca juga: Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya