JAKARTA, KOMPAS.com - Lima tahun sejak didirikan pada tahun 2017, Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (Polifurneka) telah mencetak sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dengan meluluskan 262 mahasiswa.
Sebagian dari mereka sudah langsung bekerja di industri furnitur dalam negeri, sebagian lainnya melanjutkan studi dan menjalankan wirausaha sesuai bidangnya.
Polifurneka merupakan salah satu unit pendidikan vokasi yang dimiliki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang belokasi di Kendal, Jawa Tengah.
Terdapat tiga program studi pada Polifurneka atau jenjang Diploma III, yakni Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan mengatakan, tujuan pendirian politeknik ini untuk mendorong peningkatan investasi di sektor industri melalui penyediaan tenaga kerja industri lokal yang kompeten di bidang furnitur.
Baca juga: Mengenal Kawasan Industri Hijau Indonesia, Terbesar di Dunia
"Kemudian, memberdayakan SDM di wilayah Semarang-Kendal, sekaligus pusat inovasi dan penelitian serta pengembangan industri furnitur dan pengolahan kayu,” papar Masrokhan, Rabu (3/5/2023).
Penyelenggaraan pendidikan di Politeknik Kendal ini menggunakan konsep dual system atau sistem ganda, dengan komposisi praktik dan teori 70:30.
Kurikulumnya pun berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan para lulusannya mengikuti sertifikasi kompetensi, sehingga sudah siap kerja setelah lulus.
Sampai saat ini, Polifurneka telah menjalin kerja sama dengan 150 industri yang meliputi pengembangan kurikulum, dosen dari industri, komite industri, praktek kerja industri, pelatihan SDM industri, penelitian bersama, penyerapan lulusan dan pengembangan program studi baru.
“Salah satu keunggulan politeknik ini adalah melakukan kemitraan atau kerja sama, baik itu dengan pihak dalam maupun luar negeri,” sebut Masrokhan.
Adapun kolaborasi yang telah dijajaki Polifurneka dengan pihak luar negeri, yaitu dengan pemerintah Swiss melalui Program Skill for Competitiveness (S4C) melalui beberapa kegiatan.
Misalnya, pengembangan kurikulum, penyusunan silabus dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), peningkatan kompetensi dosen, penyusunan rencana strategis, pembangunan sistem IT, serta set up mesin di workshop.
Polifurneka juga bekerja sama dengan berbagai unit pendidikan lain, misalnya Politeknik Negeri Malang, Universitas Tidar, Universitas Diponegoro, Universitas Podomoro, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Negeri Semarang.
Selanjutnya, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Universitas Gadjah Mada, Bern University of Applied Science SWISS, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, dan Polytechnic of Singapore.
Nilai ekspor
Industri furnitur sendiri merupakan salah satu kelompok manufaktur yang tergolong padat karya dan berorientasi ekspor.
Karakteristik tersebut menjadikan industri furnitur sebagai kontributor yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sepanjang tahun 2022, nilai ekspor dari industri furnitur nasional menembus angka 2,5 miliar dolar AS, dengan utilisasi sebesar 74,16 persen.
Adapun total penyerapan tenaga kerjanya sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 perusahaan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya