Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comToilet pengompos atau toilet kering alias composting toilet adalah salah satu solusi penyediaan jamban di daerah yang rawan krisis air.

Pasalnya, toilet pengompos merupakan suatu sistem toilet sederhana yang hemat air dan tetap higienis, sebagaimana dilansir Conserve Energy Future.

Dalam toilet pengompos, kotoran manusia diubah menjadi kompos melalui proses biologis. Toilet pengompos terdapat bakteri dan jamur serta mikroorganisme lainnya untuk melakukan proses pengomposan.

Baca juga: Mengenal Toilet Pengompos, Jamban Ramah Lingkungan Hemat Air

Pada toilet pengompos terdiri dari dua bagian utama yaitu tempat untuk duduk atau jongkok dan bagian pengomposan.

Bagian pengomposan ini terdapat ruang pengomposan atau penyimpanan, ventilasi untuk mengeluarkan gas berbau, unit pengumpul dan pengalihan urin, dan akses keluar untuk hasil pengomposan.

Meski demikian, setiap alat pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan toilet pengompos.

Baca juga: Ini Standar Toilet Umum yang Ramah Keluarga

Kelebihan toilet pengompos

1. Mudah

Toilet pengompos adalah alat yang praktis dan dapat digunakan hampir di semua tempat.

Toilet pengompos mudah dipasang dan bisa disalurkan ke daerah terpencil atau daerah yang tidak memerlukan tempat tinggal permanen.

2. Hemat air

Toilet pengompos tidak membutuhkan air untuk pembilasan sehingga sangat menghemat air.

Oleh karena itu, toilet pengompos baik digunakan di daerah pedesaan atau di tempat-tempat yang rawan krisis air.

3. Murah

Toilet pengomposan tidak memerlukan penggunaan air atau sambungan ke septic tank atau saluran pembuangan.

Ini membuatnya membutuhkan sedikit alat, mudah dipasang, dan murah untuk dibeli.

Baca juga: Ini Standar Pembuatan Toilet Publik Ramah Penyandang Disabilitas

4. Menghasilkan kompos

Dalam toilet pengompos, kotoran manusia diubah menjadi kompos melalui proses biologis. Kompos ini dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanah dan perkebunan.

Di area perumahan, kompos ini bisa digunakan untuk berkebun rumah tangga seperti di pohon, bunga, atau tanaman lainnya.

5. Perawatan minimal

Toilet pengomposan hanya membutuhkan instalasi dan sangat minim perawatan.

Dilansir dari situs web Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL), dalam satu bilik dapat dibangun dua toilet pengompos.

Dua toilet ini bisa digunakan bergantian setiap tiga bulan untuk proses penampungan tinja dan pengomposan.

Selama tiga bulan pertama, jika penampungan di toilet pengompos pertama sudah penuh, BAB bisa dilakukan di toilet kedua.

Setelah tiga bulan kemudian, maka kompos dapat dipanen dan toilet bisa digunakan kembali. Begitu siklus selanjutnya.

Baca juga: Sejarah Toilet dan Sanitasi Layak: Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu

Kekurangan toilet pengompos

1. Bau

Kekurangan terbesar toilet pengomposan adalah bau. Adanya cairan di ruang pengomposan dapat menghambat dekomposisi atau menimbulkan bau berlebih.

2. Memicu bahaya kesehatan

Jika toilet pengompos tidak dirawat dengan baik seperti mengganti kotoran yang sudah menjadi kompos, akan menimbulkan berbagai masalah.

Toilet pengompos yang tidak terawat dapat menyebabkan bau, serangga, dan bahaya kesehatan.

Baca juga: Berbagai Bahaya Akibat BAB Sembarangan, dari Penyakit hingga Stunting

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau