KOMPAS.com – Lebih dari 250 perusahaan dan organisasi menuntut peningkatan energi terbarukan hingga tiga kali lipat atau menjadi 11.000 gigawatt (GW) pada 2030.
Tuntutan tersebut disampaikan melalui surat terbuka yang dirilis beberapa pekan sebelum KTT Iklim PBB, COP28, di Uni Emirat Arab (UEA) pada November mendatang.
Surat terbuka tersebut diinisiasi oleh Global Renewables Alliance (GRA), yang berisi asosiasi industri energi terbarukan.
Baca juga: Bijak Mengelola Pendanaan JETP untuk Transisi Energi Berkeadilan
Menurut World Energy Transitions Outlook (WETO) 2023 dari International Renewable Energy Agency (IRENA), diperlukan aksi segera dalam dekade ini untuk membatasi pemanasan global tidak melampaui 1,5 derajat celsius.
Selain meningkatkan energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada 2030, butuh peningkatan efisiensi energi hingga dua kali lipat.
Dari segi pembiayaan, perlu investasi tahunan sebesar 4 triliun dollar AS dalam teknologi untuk mencapai pemanfaatan energi angin, surya, air, panas bumi, dan bentuk energi terbarukan lainnya secara cepat.
Teknologi-teknologi tersebut akan menjadi dasar bagi pengembangan energi alternatif seperti hidrogen hijau dan penyimpanan energi jangka panjang untuk masa setelah 2030.
Baca juga: Biaya di Indonesia Lebih Tinggi dari Internasional, Pengembangan Energi Terbarukan Tersendat
Surat terbuka tersebut menggarisbawahi bahwa peningkatan energi terbarukan dan efisiensi energi akan akan menjadi cara tercepat dan paling hemat biaya untuk melakukan dekarbonisasi ekonomi global.
“Ini adalah salah satu komitmen paling berdampak yang dapat dilakukan komunitas global saat ini untuk menjamin masa depan yang layak untuk ditinggali bagi semua orang,” tulis surat terbuka tersebut dilansir dari siaran pers GRA.
Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera menyebutkan, lembaganya mendukung seruan target peningkatan energi terbarukan global hingga tiga kali lipat dalam COP28.
“Saya senang melihat data kami menjadi landasan bagi kampanye global yang dilakukan oleh GRA,” ujar La Camera.
Baca juga: PLN dan SIG Sepakat Teken MoU Dorong Penggunaan Energi Bersih
La Camera mengungkapkan, dukungan dari berbagai bisnis terhadap energi terbarukan kini semakin kuat.
“Namun kita harus segera mengatasi hambatan sistemik di bidang infrastruktur, kebijakan, dan kemampuan kelembagaan di tahun-tahun mendatang dan membangun sistem energi baru yang menggunakan energi terbarukan,” ujarnya.
Sementara itu, CEO GRA Bruce Douglas menyampaikan, adanya gelombang dukungan besar terhadap energi terbarukan merupakan alasan untuk optimis di masa depan.
“Dengan kurang dari tiga bulan tersisa hingga COP28 dimulai, kami melihat bahwa dunia siap menghadapi apa yang disebut oleh Sekretaris Jenderal PBB sebagai lompatan kuantum dalam aksi iklim,” tutur Douglas.
Baca juga: Komitmen Indonesia terhadap Transisi Energi Pengaruhi Peluang Pembiayaan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya