Ifraldi Sikumbang, Koordinator Acara menyampaikan, biomassa dapat tulang punggung dari transisi energi terbarukan. "Target 23 persen energi terbarukan nasional, 11,3 persen datang dari surya dan baru, sedangkan sisanya dari bioenergi dan biomassa," ungkapnya.
"Kebijakan Energi Nasional yang ditetapkan pemerintah sejalan dengan potensi sumber daya energi biomassa yang tersedia diseluruh wilayah Indonesia," jelasnya.
Energi biomassa diperoleh dengan mengkonversikan bahan/limbah hayati pertanian dan perkebunan dan kehutanan Selain itu dari pengolahan limbah industri argo seperti kelapa sawit, tebu, kelapa dan sampah yang setiap hari diproduksi oleh setiap individu.
Dengan potensi yang ada, MEBI optimis biomassa dapat menjadi solusi transisi energi baik di pembangkitan listrik maupun di industri, meningkatkan rasio elektrifikasi yang pada akhirnya akan mewujudkan ketahanan energi nasional.
Data ESDM terakhir menyebutkan potensi biomassa Indonesia diperkirakan dapat menghasilkan atau setara 59 Giga Watt. Potensi rilnya ini diyakini lenih besar dari angka resmi.
“Heatech Indonesia memasuki penyelenggaraan keempat kalinya tahun ini. Kami terus mengembangkan profil Biomassa dalam kegiatan ini, dan bekerja sama dengan MEBI untuk menghadirkan Paviliun Biomassa," ujar Teddy Halim, Direktur PT Media Artha Sentosa, Penyelenggara Heatech Indonesia.
Teddy menyampaikan, selain para peserta menampilkan produk dan solusi energi biomassa bagi industri. pameran tahun ini juga mengadakan seminar biomassa bertajuk "Switching to Biomass: Energy Transition Solutions in Indonesia”.
Ego Syahrial, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastuktur Energi menjelaskan, biomass-cofiring akan diterapkan pada 113 unit PLTU milik PLN di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.664 MW.
"Penerapan cofiring telah dilakukan sejak tahun 2020 dengan blending rate 1 persen hingga 15 persen tergantung jenis boiler serta ketersediaan bahan baku,” ujarnya.
Tujuan pembakaran bersama biomassa pada PLTU yang ada adalah untuk memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan “menghijaukan” PLTU lebih cepat.
“Pada semester pertama tahun ini, cofiring telah diterapkan di 36 lokasi dan menghasilkan energi hijau sebesar 325 GWh, yang mengurangi emisi sebesar 321 ktCO2. Total biomassa yang digunakan pada pembangkit listrik tersebut adalah 306 kilo ton,” Ego Syahrial menambahkan.
Baca juga: Lapangan Kerja Energi Terbarukan Melonjak Drastis, Masa Depan Makin Menjanjikan
Trois Dilisusendi, Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, DJEBTKE menyampaikan biomassa sebagai salah satu Energi Terbarukan memiliki peran strategis dan sebagai salah satu backbone dalam mencapai transisi Energi dan NZE serta menciptakan circular ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.
Hal ini tercermin pada capaian EBT di akhir 2022 sebesar 12,3 persen, Bioenergi berperan besar dengan kontribusi sebesar 7,45 persen.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya