Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comRestorasi hutan diiringi dengan memangkas emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi dua kunci utama dalam upaya melawan perubahan iklim.

Kunci perlawanan perubahan iklim tersebut tertuang dalam studi terbaru berjudul “Integrated global assessment of the natural forest carbon potential” yang diterbitkan di jurnal Nature, Senin (13/11/2023).

Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 200 peneliti lintas negara di seluruh dunia.

Baca juga: Partai Politik Indonesia Tak Pertimbangkan Rekomendasi IPCC untuk Atasi Perubahan Iklim

Menurut penelitian tersebut, merestorasi hutan dapat menyerap 22 kali lebih banyak karbon dari emisi dunia dalam satu tahun.

Jika hutan di seluruh dunia berhasil direstorasi, Bumi akan menghilangkan sekitar 226 gigaton kelebihan karbon dari atmosfer.

Jumlah tersebut sekitar sepertiga jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer sejak revolusi industri.

Restorasi tersebut dilakukan baik dengan membiarkan hutan yang terdegradasi tumbuh kembali atau dengan menghutankan kembali kawasan yang gundul. Akan tetapi, tidak mencakup kawasan yang penting untuk pertanian atau sudah berubah menjadi kota.

Meski demikian, restorasi hutan saja dinilai tidak cukup untuk melawan perubahan iklim. Upaya pengurangan emisi juga harus dilakukan seiring sejalan.

Baca juga: Percepatan Aksi Iklim Penting Guna Mewujudkan Emisi Nol Bersih

Ahli ekologi dari Federal Institute of Technology Zurich sekaligus salah satu penulis utama studi tersebut, Thomas Crowther, menyampaikan, restorasi hutan dan pemangkasan emisi harus dilakukan bersama-sama.

“Tidak ada pilihan antara alam dan dekarbonisasi. Kita harus mengambil langkah-langkah untuk mencapai keduanya secara bersamaan,” kata Crowther, sebagaimana dilansir Reuters.

Penelitian terbaru ini menunjukkan, meski hutan dapat membantu memerangi perubahan iklim, namun hanya mengandalkan penggunaan hutan untuk mengimbangi emisi GRK di masa depan akan menjadi kontraproduktif, kata Crowther.

Emisi tambahan apa pun yang dilepaskan akan memperburuk perubahan iklim dan cuaca ekstrem, merusak hutan, dan mengurangi kemampuan hutan dalam menyerap karbon.

Baca juga: Krisis Iklim Makin Parah, Dunia Berada di Titik Kritis

Oleh karenanya, skema penyeimbang karbon atau carbon offset menjadi sia-sia untuk melawan perubahan iklim jika emisi GRK masih saja dikeluarkan.

Crowther menuturkan, wacana untuk mendapatkan kompensasi hanya dengan menanam pohon bertentangan dengan apa yang dikatakan sains.

Crowther pun berencana menghadiri KTT iklim PBB COP28 mendatang di Dubai untuk menyampaikan pesan tersebut kepada para pembuat kebijakan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

LSM/Figur
Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

LSM/Figur
Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Pemerintah
COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

LSM/Figur
Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau