KOMPAS.com – Emisi gas rumah kaca (GRK) global diprediksi turun hingga 2 persen pada 2030 bila dibandingkat tingkat emisi pada 2030.
Prediksi tersebut disampaikan oleh salah satu badan PBB, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dalam laporan terbarunya, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (14/11/2023).
Penurunan tersebut masih jauh dibandingkan angka yang dibutuhkan yakni sebesar 43 persen.
Baca juga: 2 Kunci Melawan Perubahan Iklim: Restorasi Hutan dan Pangkas Emisi
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), emisi GRK perlu dipangkas 43 persen pada 2030 agar suhu Bumi tidak meningkat 1,5 derajat celsius sesuai Perjanjian Paris.
Menurut laporan UNFCCC, dunia belum mencapai kemajuan yang memadai dalam mengurangi emisi GRK untuk mencegah dampak terburuk pemanasan global.
Berdasarkan rencana iklim nasional setiap negara, yang dikenal sebagai Nationally Determined Contributions (NDCs), emisi diperkirakan akan meningkat 9 persen pada 2030 di atas tingkat tahun 2010 bahkan jika NDC diterapkan sepenuhnya, sebut laporan tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, ambisi global untuk melawan perubahan iklim dan pemanasan global mengalami stagnasi selama setahun terakhir.
“Dan rencana iklim nasional sangat tidak sejalan dengan sains. Kesenjangan antara kebutuhan dan tindakan kini lebih mengancam dari sebelumnya,” ujar Guterres.
Baca juga: PLTS Terapung Cirata Pangkas Emisi Karbon 214.000 Ton per Tahun
Laporan tersebut menganalisis hampir 200 masukan, termasuk 20 NDC baru atau yang diperbarui yang diterima pada September 2023.
Laporan tersebut diterbitkan beberapa pekan sebelum KTT Iklim PBB COP28 yang digelar akhir November hingga awal Desember ini di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
“COP28 harus menjadi titik balik bersejarah dalam dekade kritis ini,” kata Presiden COP28 Sultan Al Jaber, kepala perusahaan minyak negara UEA yang akan memimpin pembicaraan tersebut.
Berdasarkan Perjanjian Paris pada 2015, untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 derajat celsius, negara-negara harus menyerahkan dan memperbarui NDC mereka setiap lima tahun.
Berbagai NDC hanya menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan ambisi tahun lalu, dengan emisi yang diproyeksikan meningkat 11 persen dibandingkan tingkat tahun 2010.
Baca juga: Serapan Emisi GRK Ditarget Seimbang 2030, Sektor Hutan Butuh Investasi Rp 219,66 Triliun
“Berbagai pemerintah mengambil langkah-langkah kecil untuk mencegah krisis iklim,” kata Sektretaris Jenderal UN Climate Change Simon Stiell.
Beberapa negara mungkin berada dalam posisi yang lebih baik dibandingkan negara lain.
Sebuah analisis dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menyampaikan, emisi karbon dioksida China bisa mulai mengalami penurunan struktural pada awal tahun depan.
Salah satu alasan mengapa emisi karbon dioksida di China diprediksi menurun disebabkan karena adanya instalasi banyak energi terbarukan.
Apa yang terjadi di China dan Amerika Serikat (AS), dua negara penghasil emisi terbesar di dunia, akan sangat penting dalam mencapai tujuan iklim global.
Baca juga: Percepatan Aksi Iklim Penting Guna Mewujudkan Emisi Nol Bersih
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya