Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/11/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Gerakan perempuan yang kuat menjadi salah satu sarana upaya dalam mencapai pemenuhan hak-hak perempuan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Association for Women's Rights in Development (AWID) Eunice Borges dalam seminar internasional yang digelar oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) baru-baru ini.

Gerakan yang kuat dapat memberikan masyarakat pemahaman mengenai hak-hak perempuan sekaligus menuntut pertanggungjawaban ke negara.

Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Ungkap Banyak DCT Tak Penuhi Keterwakilan Perempuan 30 Persen

Akan tetapi, gerakan perempuan masih menghadapi sejumlah kendala. Beberapa di antaranya adalah upaya advokasi dan monitoring berbagai tantangan.

“Adanya berbagai tantangan yang kita hadapi saat ini, termasuk bagaimana kita tumbuh, membuat kita memahami bagaimana kerja untuk berjuang dalam inklusivitas dan menyuarakan suara sebagai perempuan untuk mendukung gerakan perempuan,” kata Eunice dikutip dari situs web Komnas Perempuan, Selasa (14/11/2023).

“Selain itu, kita perlu memiliki kesadaran bagaimana agar mampu menghadapi tantangan gerakan perempuan secara global, serta bagaimana saling menguatkan dalam berbagai forum seperti CSW (Commission on the Status of Women) dan HRC (Human Rights Council),” sambungnya.

Sementara itu, menurut Direktur Asia Pacific Forum on Women, Law, and Development (APWLD) Misun Woo, berbagai krisis multilarisme disebabkan oleh adanya patriarki, kolonialisme, serta globalisme.

Baca juga: Perempuan Penyintas Kekerasan Perlu Diberdayakan

Dia menyampaikan, gerakan perempuan harus bertahan di tengah reformasi hukum yang tidak adil.

Di sektor ketenagakerjaan misalnya, terjadi penurunan upah, adanya praktik eksploitasi para pekerja, pemberhentian pekerja perempuan, serta adanya gap atau selisih pembayaran berdasarkan gender.

Berbagai ketidakadilan tersebut selain merugikan perempuan, juga menyebabkan adanya ketidaksetaraan dalam perekonomian.

Woo menyampaikan, selain memprioritaskan sistem keadilan, gerakan perempuan juga perlu mengatasi kekurangan informasi dalam penanganan kasus ketidakadilan, terutama dalam ekonomi, pekerja, hak pangan, dan partisipasi perempuan dalam demokrasi.

“Rekomendasi dalam mengatasi kekerasan adalah dengan meningkatkan keadilan ekonomi, termasuk hak atas pangan, ekonomi, hak lainnya, serta pentingnya kajian dan pengamatan,” jelas Woo.

Baca juga: Lebih Banyak Perempuan di Parlemen Jadikan Demokrasi Lebih Inklusif

Di sisi lain, Sylvia Tiwon dari University of Berkeley mengungkapkan, kemiskinan yang dialami perempuan masih kurang dipahami di masyarakat.

Dia menuturkan, jika kemiskinan diganti dengan kata ketidakadilan mungkin menjadi lebih jelas persoalan yang dihadapi, termasuk adanya disagregasi antara laki-laki dan perempuan.

Woo juga memberikan masukan kepada Komnas Perempuan untuk memperbaiki ketidakadilan gender yang masih berlangsung dalam bidang pendidikan, tingkat pendapatan, dan lainnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Pemerintah
Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Swasta
Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Pemerintah
RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

Pemerintah
Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Pemerintah
Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Pemerintah
Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

LSM/Figur
Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah
Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah
Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

LSM/Figur
Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

LSM/Figur
Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Pemerintah
Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah
Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Pemerintah
Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau