Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/11/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comEmisi gas rumah kaca (GRK) di China diprediksi mulai mengalami penurunan struktural mulai awal tahun depan.

Prediksi disampaikan oleh lembaga Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang berbasis di Helsinki, Finlandia, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (14/11/2023).

China merupakan penghasil emisi GRK di dunia. Emisi menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim.

Baca juga: Emisi Global Diprediksi Hanya Turun 2 Persen 2030, Jauh dari Target

Sebelumnya, China telah berjanji mencapai puncak emisinya sebelum 2030 dan menurun setelah itu.

Akan tetapi, “Negeri Panda” getol membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dalam rencananya.

Rencana tersebut membuat dunia khawatir bahwa puncak emisi GRK dari China menjadi molor daripada yang ditargetkan.

Sikap negara tersebut terhadap bahan bakar fosil diperkirakan akan menjadi isu utama dalam KTT Iklim PBB COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) yang dimulai akhir bulan ini.

Baca juga: 2 Kunci Melawan Perubahan Iklim: Restorasi Hutan dan Pangkas Emisi

Pada September, utusan khusus iklim China, Xie Zhenhua, mengatakan kepada para diplomat bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil tidaklah realistis.

Namun, analis utama CREA, Lauri Myllyvirta, menyampaikan bahwa emisi GRK China dapat mulai mengalami penurunan struktural pada awal tahun 2024.

Meski demikian, diperkirakan terjadi peningkatan emisi GRK sebesar 4,7 persen year-on-year (YoY) pada kuartal ketiga tahun 2023.

Menurunnya emisi GRK China pada tahun depan disebabkan oleh beberapa hal seperti booming-nya instalasi energi terbarukan dan kembali pulihnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Baca juga: PLTS Terapung Cirata Pangkas Emisi Karbon 214.000 Ton per Tahun

Selain itu, pemulihan ekonomi China cukup moderat karena tidak bergantung pada investasi infrastruktur.

“Jika kepentingan batu bara gagal menghentikan perluasan kapasitas tenaga angin dan surya China, maka pertumbuhan energi rendah karbon akan cukup untuk menutupi peningkatan permintaan listrik setelah tahun 2024,” tulis Myllyvirta dalam analisis yang diterbitkan oleh Carbon Brief.

“Hal ini akan mendorong penggunaan bahan bakar fosil, dan emisi, ke dalam periode penurunan struktural yang berkepanjangan,” sambungnya.

Baca juga: Serapan Emisi GRK Ditarget Seimbang 2030, Sektor Hutan Butuh Investasi Rp 219,66 Triliun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau