KOMPAS.com – PLN menggaet lima perusahaan energi skala dunia untuk pengembangan ekosistem listrik hijau di Indonesia.
Kerja sama tersebut dijalin dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandom of understanding (MoU) dalam gelaran Enlit Asia 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan.
Kelima perusahaan tersebut adalah PT Hitachi Sakti Energy Indonesia, Electricite de France SA (EDF), GE Vernova, The Danish Energy Agency, dan China Southern Power Grid International Co., Ltd (HK).
Baca juga: Energi Baru Terbarukan Kunci Keberhasilan Ketahanan Energi di Masa Depan
Dengan kerja sama tersebut, PLN akan memperoleh dukungan dalam menjalankan transisi energi untuk mencapai netralitas karbon atau net zero emissions (NZE) pada 2060.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam rangka menghadapi krisis perubahan iklim, komunitas energi global mesti bersatu.
Sehingga, tantangan transisi energi yang muncul di berbagai bidang mulai dari inovasi teknologi, investasi dan kebijakan bisa segera diatasi.
“Dengan kolaborasi ini, kita tidak hanya akan mampu memetakan setiap tantangan yang ada, tetapi juga mampu mengatasi setiap tantangan tersebut. Sehingga, misi besar transisi energi bisa terwujud,” ungkap Darmawan dikutip dari keterangan resmi, Kamis (16/11/2023).
Baca juga: Perkembangan dan Tantangan Transisi Energi Lintas Sektor
Kerja sama yang dijalin PLN dengan kelima perusahaan global tersebut mencakup sejumlah hal.
Contohnya, MoU PLN dengan HK menjajaki peluang kemitraan jangka panjang untuk pengembangan arus bolak-balik tegangan tinggi atau high voltage direct current (HVDC), pumped storage, interkoneksi antarpulau, hingga smart grid.
Sedangkan MoU PLN dengan EDF, GE Vernova, dan The Danish Energy Agency melingkupi studi bersama atau joint study melalui pertukaran informasi dalam berbagai hal guna mendukung transisi energi di Indonesia.
Berbagai kolaborasi tersebut searah dengan tantangan ketidakcocokan atau mismatch antara sumber energi baru terbarukan (EBT) yang terisolasi dengan pusat permintaan listrik di perkotaan.
“Kami telah mengidentifikasi adanya mismatch antara potensi EBT yang besar dengan pusat permintaan (listrik),” tutur Darmawan.
Baca juga: Pensiun Dini PLTU Batu Bara Makin Dorong Pengembangan Energi Terbarukan
“Kami sedang dalam proses merancang pembangunan green enabling transmission line untuk memfasilitasinya,” tambahnya.
Selain mismatch, tantangan lain dalam mengembangkan EBT adalah listrik yang dihasilkan sangat fluktuatif karena sumbernya dipengaruhi oleh cuaca.
Untuk mengatasi fluktuasi tersebut, diperlukan jaringan pintar atau smart grid yang dilengkapi dengan flexible generation, smart transmission, smart distribution, hingga smart meter.
Darmawan menyampaikan, PLN telah merancang proyek bernama Accelerated Renewable Energy Development (ARED).
Melalui ARED, pengembangan green enabling transmission line dan smart grid akan terus didorong untuk memperkuat sistem suplai listrik hijau di Indonesia.
Baca juga: Kementerian ESDM Masih Optimalkan Gas Bumi untuk Transisi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya