Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Pemanasan Global: Antara Ongkos dan Keuntungan Ekonomi

Kompas.com - 03/12/2023, 15:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAJUK rencana Kompas, Jumat (1/12/2023), menurunkan berita “Dampak Iklim Ekstrem Nyata” di tengah persiapan Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim ke 28 atau COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab pada 30 November – 12 Desember 2023, yang akan membahas kondisi kritis Bumi.

Delegasi Indonesia akan dipimpin langsung Presiden Joko Widodo yang bertolak dari Tanah Air, Kamis (30/11/2023).

Pembahasan dan ulasan tentang pemanasan global dan dampaknya terhadap kehidupan manusia sudah berulangkali dimuat dalam harian Kompas. Terakhir dimuat pada Rabu (22 /11/2023), berjudul “Dua Derajat Celsius Lebih Panas di Bumi”.

Padahal pada 2022 lalu, kenaikan suhu bumi baru mencapai 1,2 derajat Celsius meskipun dampaknya mulai terasa.

Gelombang panas tanpa akhir terjadi di negara-negara belahan bumi utara hingga hujan ekstrem yang merendam sepertiga daratan Pakistan.

Para ilmuwan di PBB sepakat bahwa bencana iklim yang akan mengancam kehidupan umat manusia akan terjadi jika suhu bumi naik melebihi 1,5 derajat Celsius.

Suhu global rata-rata pada Jumat (17/11/2023), menembus rekor sejarah, mencapai 2 derajat Celsius lebih panas daripada suhu praindustri tahun 1850-1900.

Rekor suhu harian ini memang belum menandai perubahan suhu rata-rata tahunan yang berkelanjutan, yang hingga saat ini mencapai 1,2 derajat Celsius lebih panas daripada praindustri.

Namun, fakta bahwa bumi telah melampaui batas pemanasan 2 derajat Celsius selama setidaknya satu hari menambah tanda seru pada serangkaian rekor suhu yang tercatat dalam beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya, suhu global melewati rekor tertinggi pada Juli, Agustus, September dan Oktober 2023.

Data Copernicus juga menunjukkan bahwa tren tersebut tetap berlanjut, tambah tinggi lagi hingga November 2023.

Dengan tren ini, rata-rata suhu global pada 2023 diprediksi akan mencapai 1,3 hingga 1,4 derajat Celsius di atas suhu pra industri.

Ancaman perubahan dan krisis iklim berdampak pada kelangkaan air serta penurunan produktivitas pertanian. Indonesia tak luput dari persoalan tersebut (Kompas, 7/11/2023).

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa saat membuka Konferensi Tahunan Sustainable Development Goals (SDGs) 2023 di Yogjakarta (06/11/2023), menyebut bahwa Indonesia mengalami penurunan curah hujan tahunan 1-4 persen pada 2020-2034 dari kondisi periode 1995-2010.

Hal ini berimplikasi pada kejadian kekeringan, berkurangnya ketersediaan air, bahkan bisa memicu konflik kebutuhan air.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau