Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Es Terbesar Dunia Hanyut ke Samudera Atlantik Selatan, Ancam Kehidupan Satwa

Kompas.com - 04/12/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

 

KOMPAS.comGunung es terbesar di dunia, A23a, lepas dan hanyut di luar perairan Antarktika. A23a juga merupakan salah satu gunung es tertua di dunia.

Gunung es tersebut sebelumnya sudah terpisah dari Lapisan Es Filchner di Antarktika pada 1986 dan terjebak di Laut Weddell selama lebih dari 30 tahun.

Akan tetapi, gunung es seluas 4.000 kilometer persegi tersebut kini lepas dan hanyut dengan cepat karena arus dan angin kencang melewati ujung utara Semenanjung Antarktika.

Baca juga: Bahaya, Lapisan Es Antarktika Menyusut Drastis dalam 25 Tahun

Dengan ukuran itu, luas A23a lebih besar daripada tiga kali ukuran New York City, Amerika Serikat (AS). Gunung es ini juga memiliki berat hamir 1 triliun metrik ton.

Dilansir dari The Guardian, Senin (27/11/2023) pekan lalu, sangat jarang ada gunung es sebesar itu yang bergerak.

Ahli glasiologi dari British Antarctic Survey Oliver Marsh mengatakan, para ilmuwan kini akan memantau lintasannya dengan cermat.

A23a diperkirakan hanyut bersama arus Antarctic Circumpolar Current yang dikenal sebagai “lorong gunung es” dan kemungkinan berakhir di Samudera Atlantik Selatan.

“Seiring waktu, gunung es itu mungkin akan sedikit menipis dan mendapat sedikit daya apung ekstra yang memungkinkannya terangkat dari dasar laut dan terdorong oleh arus laut,” kata Marsh.

Baca juga: Es Laut Antarktika Alami Rekor Terendah di Musim Dingin

Para ilmuwan masih mencari tahu penyebab lepas dan hanyutnya gunung es tersebut. Beberapa menduga kenaikan suhu Bumi menjadi penyebabnya.

Andrew Fleming, pakar penginderaan jauh dari British Antarctic Survey, mengatakan kepada BBC, gunung es tersebut bergerak selama setahun terakhir dan sekarang tampaknya semakin cepat.

“Saya bertanya kepada beberapa rekan tentang hal ini, bertanya-tanya apakah ada kemungkinan perubahan suhu perairan yang mungkin memicu hal ini, namun konsensusnya adalah waktunya telah tiba,” kata Fleming kepada BBC.

Dilansir dari Business Insider, A23a kehilangan statusnya sebagai gunung es terbesar di dunia pada Mei 2021.

Namun, A23a kembali dinobatkan sebagai gunung es terbesar di dunia pada Oktober 2022 ketika pemegang rekor sebelumnya, A76, pecah menjadi tiga bagian, menurut situs Guinness World Records.

Baca juga: Tanaman Tumbuh Lebih Cepat di Antarktika, Tanda Bahaya Bagi Bumi

Gunung es tersebut kini telah melewati lapisan es Larsen dan memasuki Samudera Atlantik Selatan yang berbahaya.

Saat mengapung menuju Pulau Georgia Selatan, nasib gunung es seukuran 3 kali New York City ini kemungkinan akan berakhir seperti kebanyakan gunung es sebelumnya yakni mencair perlahan.

Namun, dalam perjalanannya melalui Samudera Atlantik Selatan, A23a berpotensi menimbulkan beberapa risiko.

Baca juga: Penyusutan Es Laut Antarktika pada Juli Pecahkan Rekor

Salah satu risikonya adalah A23a dapat terjebak di perairan dangkal dekat Pulau Georgia Selatan, habitat bagi anjing laut dan penguin.

Jika hal ini terjadi, maka hewan-hewan tersebut akan terputus dari lautan yang merupakan sumber makanan mereka.

Akan tetapi, kemungkinan juga ada kabar baik. Para ilmuwan mengetahui bahwa gunung es tersebut dapat membawa mineral yang terbuang dari dasar laut.

Bahan-bahan ini dapat tersebar ketika gunung es mencair ke laut, sehingga menyediakan nutrisi bagi satwa liar setempat, lapor BBC.

Baca juga: Luas Es Laut Antarktika Pecahkan Rekor Terendah pada Juni

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Swasta
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Pemerintah
Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

BrandzView
China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

Pemerintah
Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Swasta
100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

LSM/Figur
Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama

Menag Dorong Integrasi Isu Lingkungan dengan Pendidikan Agama

Pemerintah
Pengamat Ekonomi Energi Desak Perguruan Tinggi Tolak Konsesi Tambang

Pengamat Ekonomi Energi Desak Perguruan Tinggi Tolak Konsesi Tambang

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau