Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 14 Agustus 2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Luas es laut Antarktika di Kutub Selatan terus mencair. Penyusutannya pada Juli tahun ini memecahkan rekor, 15 persen di bawah rata-rata bulanan.

Sepanjang Juni, batas es laut Antarktika juga masih jauh di bawah rata-rata luas tahunan.

Laporan tersebut disampaikan layanan pemantau iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), dalam laporan terbarunya.

Baca juga: Luas Es Laut Antarktika Pecahkan Rekor Terendah pada Juni

Wilayah es laut yang konsentrasinya paling rendah di bawah rata-rata adalah di Weddell utara, Bellingshausen timur, dan Laut Ross utara.

Sementara itu, ada juga wilayah yang komposisi es lautnya di atas rata-rata, yakni di sektor Laut Amundsen yang luas.

Di belahan Bumi lain, yakni di Arktik di Kutub Utara, luas es lautnya pada Juli tahun ini juga menyusut di bawah rata-rata.

Sebagian besar Samudra Arktik konsentrasi es lautnya di bawah rata-rata. Akan tetapi, di utara pantai Siberia utara, konsentrasi es lautnya masih di atas rata-rata.

Baca juga: Juli 2023 Dinobatkan Sebagai Bulan Terpanas, Darat dan Laut Dilanda Suhu Tinggi

Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan, dunia baru saja menyaksikan pecahnya rekor baru suhu udara global dan suhu permukaan laut global.

“Rekor ini memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi manusia dan planet yang terpapar peristiwa ekstrem yang semakin sering dan intens,” kata Burgess dalam keterangan persnya, Selasa (8/8/2023).

Burgess mengatakan, 2023 saat ini menjadi tahun terhangat ketiga dengan rata-rata suhu naik 0,43 derajat celsius.

“Rata-rata suhu global pada bulan Juli sebesar 1,5 derajat celsius di atas tingkat praindustri,” ucap Burgess.

Baca juga: Penelitian: 4 dari 5 Orang di Seluruh Dunia Merasa Juli 2023 Sangat Panas

“Meski hanya sementara, ini menunjukkan urgensi upaya ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca global, yang merupakan pendorong utama di balik rekor ini,” sambungnya. 

Dari Januari hingga Juli 2023, rata-rata suhu global tahun ini adalah rekor tertinggi ketiga, yakni meningkat 0,43 derajat celsius dibandingkan rata-rata tahun 1991 hingga 2020.

Rekor tahun dengan suhu rata-rata tertinggi pertama dan kedua masing-masing terjadi pada 2016 yaitu menghangat 0,49 derajat celsius dan 2020 dengan kenaikan 0,48 derajat celsius.

“Perbedaan suhu antara 2023 dan 2016 diperkirakan akan menyempit dalam beberapa bulan mendatang, karena bulan-bulan terakhir tahun 2016 relatif dingin,” kata Burgess.

“Sedangkan sisa tahun 2023 diperkirakan akan relatif hangat karena saat ini El Nino masih berkembang,” sambungnya.

Baca juga: Senin 3 Juli, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau