KOMPAS.com – Menghadapi 2024, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi akan masih menghadapi beberapa tantangan dan hambatan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, setidaknya ada empat tantangan perekonomian sebagai dampak dari geoekonomi dan geopolitik dunia.
Pertama, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi China dan negara-negara Eropa.
Kondisi tersebut menyebabkan permintaan global akan turut melemah dan permintaan terhadap produk ikut menurun.
Baca juga: Ekonomi Hijau: Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Manfaatnya
Kedua, akan terjadinya depresiasi nilai tukar akibat kebijakan moneter di negara maju untuk menekan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga.
Ketiga, apabila konflik Ukraina-Rusia dan Hamas-Israel berkepanjangan, akan dapat menggangu stabilitas kawasan sehingga memicu kenaikan harga komoditas, pangan, dan energi.
Keempat, pelaksanaan pemilu di satu sisi memberikan dampak positif bagi industri nasional. Akan tetapi, di sisi lain terdapat kemungkinan investor memilih wait and see sambil menunggu dilantiknya presiden dan wakil presiden definitif.
Hal tersebut disampaikan Agus dalam Silaturahmi Media Akhir Tahun 2023 di Denpasar, Bali, Kamis (28/12/2023).
Kendati demikian, Agus menyampaikan pihaknya tetap optimistis menghadapi tahun 2024.
Baca juga: Sewindu, 29 Pasar Telah Dibangun Perkuat Ekonomi Rakyat
“Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, kami memperkirakan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2023 sebesar 4,81 persen dan target tahun 2024 sebesar 5,80 persen,” ungkap Agus dikutip dari keterangan tertulis.
Sejalan sasaran tersebut, kontribusi industri pengolahan nonmigas pada 2023 diproyeksi sebesar 16,91 persen, dan target pada 2024 mencapai 17,90 persen.
“Sedangkan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas diperkirakan pada 2023 berada di angka 186,40 miliar dollar AS, dan pada 2024 ditargetkan mencapai 193,4 miliar dollar AS,” ucap Agus.
Sementara itu, nilai investasi industri pengolahan nonmigas diperkirakan mencapai Rp 571,47 triliun pada 2023, dan target pada 2024 akan mencapai Rp 630,57 triliun.
“Sedangkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan nonmigas akan mencapai 20,33 juta orang pada 2024,” papar Agus.
Baca juga: Debat Cawapres Tidak Kupas Ekonomi Hijau
Agus berujar, pihaknya siap menggulirkan beberapa program prioritas pada 2024.
Contohnya, program restrukturisasi mesin dan atau peralatan kepada industri pengolahan kayu, makanan dan minuman, tekstil, serta kepada para pelaku industri kecil menengah (IKM).
Selain itu, melanjutkan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batu bara.
Sedangkan untuk mendukung kebijakan ekonomi hijau serta dekarbonisasi sektor industri, Kementerian Perindustrian berupaya memacu pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Kementerian Perindustrian, ucap Agus, juga akan memperkuat penumbuhan dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi.
Baca juga: Lapangan Kerja dan Upah Meningkat, Ini Deretan Dampak Positif Ekonomi Hijau di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya