KOMPAS.com - Debat calon wakil presiden (cawapres) yang digelar pada Jumat (22/12/2023) malam tak mengupas lebih dalam mengenai ekonomi hijau.
Debat cawapres kali ini mengusung tema ekonomi dengan enam subtema yaitu investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Ketiga cawapres yaitu Muhaimin Iskandar (cawapres nomor urut 1), Gibran Rakabuming Raka (cawapres nomor urut 2), dan Mahfud MD (cawapres nomor urut 3), memulai debat pukul 19.00 WIB di Jakarta Convention Center (JEC).
Baca juga: Bangun Transportasi Hijau di IKN, Bluebird Investasi Rp 250 Miliar
Dalam empat segmen debat, ketiga cawapres tidak ada yang mengupas lebih dalam dan mengelaborasi ekonomi hijau.
Pantauan Kompas.com, hanya Gibran yang menyinggung sedikit mengenai energi hijau. Namun, dia tidak memperdalam mengenai implementasinya atau isu ekonomi hijau lainnya.
"Suatu saat nanti Indonesia akan menjadi raja energi hijau dunia dengan terus mengembangkan biodiesel, bioavtur dari sawit, bioetanol dari tebu, sekaligus kemandirian gula," kata Gibran saat segmen pemaparan visi dan misi.
Baca juga: 17 Sektor Ini Serap Banyak Tenaga Kerja dari Ekonomi Hijau
Energi hijau merupakan bagian dari ekonomi hijau. Namun lanskap ekonomi hijau lebih dari itu.
Ekonomi hijau memiliki beberapa karakteristik seperti seperti berfokus pada keberlanjutan lingkungan, investasi ramah lingkungan, keterlibatan masyarakat, efisiensi sumber daya alam, pembangunan berkelanjutan, konservasi, dan lainnya.
Ekonomi hijau juga merupakan model pembangunan yang menyinergikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan.
Baca juga: Lapangan Kerja dan Upah Meningkat, Ini Deretan Dampak Positif Ekonomi Hijau di Indonesia
Menurut studi terbaru yang dilakukan Center of Economics and Law Studies (CELIOS) dan Greenpeace Indonesia, ekonomi hijau memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian negara.
Studi tersebut diterbitkan pada Selasa (19/12/2023) berjudul Policy Brief: Dampak Transisi Ekonomi Hijau terhadap Perekonomian, Pemerataan, dan Kesejahteraan Indonesia.
Beberapa temuan dalam studi tersebut menyebutkan, transisi ke ekonomi hijau diperkirakan dapat memberikan dampak hingga Rp 4.376 triliun ke output ekonomi nasional.
Peralihan ini juga diprediksi memberikan tambahan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 2.943 triliun dalam 10 tahun ke depan, atau setara 14,3 persen PDB Indonesia pada 2024.
Peralihan ke ekonomi hijau dan berkelanjutan juga diramal mampu membuka hingga 19,4 juta lapangan kerja baru.
Sementara itu, pendapatan pekerja secara total dapat bertambah hingga Rp 902,2 triliun berkat transformasi ke ekonomi hijau.
Baca juga: Groundbreaking Area Hijau IKN Dimulai Hari Ini
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya