KOMPAS.com - Skema penggantian kerugian karbon atau carbon offset dianggap tidak memenuhi kriteria keberlanjutan.
Dilansir dari Euronews, Senin (1/1/2024), CEO Compensate Elina Kajosaari, organisasi nirlaba penangkap karbon, mengungkapkan beberapa alasan di baliknya.
Menurut perempuan dari Finlandia ini, alasan skema carbon offset gagal memenuhi standar keberlanjutan, salah satunya adalah karena pasar karbon penuh dengan proyek-proyek karbon berkualitas rendah yang tidak memberikan manfaat iklim yang dijanjikan.
"Atau memiliki konsekuensi negatif yang serius terhadap keanekaragaman hayati dan hak asasi manusia," ujarnya.
Baca juga: Menuju Nusantara Netral Karbon 2045, OIKN Siapkan 5 Strategi
Ia mengatakan, individu maupun dunia usaha seperti perusahaan multinasional, menggunakan kredit karbon yang dikeluarkan oleh proyek-proyek ini untuk mengimbangi emisi mereka.
Namun menurutnya, kompensasi melalui kredit semacam ini hanya memberikan dampak yang kecil atau bahkan merugikan terhadap iklim.
Elina memerinci, lima alasan utama mengapa proyek carbon offset sering kali tidak memenuhi kriteria keberlanjutan.
Alasan utama kegagalan proyek carbon offset adalah karena tidak memberikan manfaat iklim tambahan. Ini artinya proyek tersebut tidak berkontribusi pada peningkatan manfaat iklim, dibandingkan jika proyek tersebut tidak ada.
Ini bisa terjadi ketika carbon offset diberikan dengan melindungi hutan yang sebenarnya tidak pernah dalam bahaya.
Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru
Contohnya, mungkin diklaim bahwa tanpa adanya proyek, pemilik hutan akan menebang 100 persen pohon di suatu area dalam lima atau 10 tahun.
Namun, jika hutan-hutan ini sudah dimiliki oleh pemilik tanah selama beberapa dekade tanpa ancaman deforestasi, kemungkinan besar penebangan tidak akan terjadi. Jadi, proyek tersebut tidak memberikan manfaat iklim tambahan.
Agar kredit karbon menjadi nyata, penjualan kredit harus menghasilkan atau mendorong manfaat iklim tambahan, yang tidak terjadi dalam kasus-kasus seperti ini.
Risiko ini bisa terjadi melalui beberapa cara, mulai dari bencana alam hingga penebangan ilegal, terutama di negara-negara dengan situasi politik yang tidak stabil.
Sebagai contoh, penyebab utama deforestasi di hutan hujan tropis adalah pemeliharaan ternak, serta produksi kedelai dan minyak kelapa sawit.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya