KOMPAS.com - Pemanfaatan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi rendah karbon di Indonesia dinilai penting untuk masa depan.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan, tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan energi nuklir sebagai bagian dari transisi energi.
Hal tersebut disampaikan dalam webinar bertajuk "Strategi Penciptaan Nilai Panas Bumi Sebagai Langkah Mendukung Net Zero Emission 2060" yang digelar oleh Reforminer Institute yang dipantai secara daring, Senin (15/1/2024).
Baca juga: Rencana Pembangkit Nuklir di Indonesia Semakin Nyata, Ini Progresnya
Menurut permodelan yang dilakukan oleh DEN dalam draf revisi Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai Kebijakan Energi Nasional (KEN), proyeksi suplai energi final pada 2040 mencapai 663 mega tonnes of oil equivalent (MTOE) untuk skenario tinggi.
Sedangkan kebutuhan energi final pada 2060, di mana Indonesia menetapkan target netralitas karbon atau net zero emission (NZE), mencapai 817 MTEO untuk skenario tinggi.
"Apabila seluruh energi terbarukan dimaksimalkan, kita masih kekurangan (untuk mencukupi kebutuhan energi)," kata Satya.
Dia menambahkan, ketika semua potensi energi terbarukan sudah dimaksimalkan namun tidak mencukupi kebutuhan energi, maka penetrasi energi nuklir penting untuk memenuhi permintaan.
Baca juga: Rusia-ASEAN Berpeluang Tingkatkan Kerja Sama Energi, dari Batu Bara hingga Nuklir
Dalam permodelan DEN, energi nuklir ditargetkan bisa berkontribusi sebesar 3 persen dari bauran energi primer pada 2040 untuk skenario tinggi.
Pada 2050 dan 2060, target energi nuklir terhadap bauran energi primer masing-masing 7 persen dan 11 persen untuk skenario tinggi.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, pemerintah menargetkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dapat beroperasi pada 2032, alias delapan tahun dari sekarang.
Dalam revisi RPP KEN yang baru, transisi energi ditarget dapat mencapai puncak emisi antara 2030 hingga 2040.
Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Pemerintah Berencana Kembangkan Hidrogen hingga Nuklir
Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak mengatakan, RPP KEN memproyeksikan pada 2032 ada PLTN berkapasitas 250 megawatt (MW) yang beroperasi.
Hal tersebut disampaikan Yunus dalam media briefing peluncuran laporan Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024 yang diikuti secara daring pada Selasa (12/12/2023).
PLTN juga bukan lagi disebut sebagai pilihan terakhir, melainkan menjadi sebagai salah satu sumber energi untuk mencapai NZE.
Baca juga: Bapeten Ungkap 3 Provinsi Ini Punya Bahan Baku Nuklir Cukup untuk PLTN
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya