KOMPAS.com - Audit kasus stunting yang dilakukan hingga tingkat desa atau kelurahan dapat menjawab akar permasalahan kesehatan di dalam masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam acara "Kick Off Audit Kasus Stunting" pada Selasa (16/1/2024).
Dia menyampaikan, ketika audit stunting sukses, maka bisa menggali kasus-kasus secara individual beserta penyebabnya dan mengungkap permasalahan kesehatan.
Baca juga: Anemia hingga Pernikahan Dini, Penyebab Lahirnya Bayi Stunting
"Jadi ada masalah kesehatan apa yang terjadi di masyarakat," kata Hasto, sebagaimana dilansir Antara.
Ia menjelaskan, setelah menemukan permasalahan kesehatan di suatu wilayah, selanjutnya bisa dibuat rekomendasi yang bersifat individu dan rekomendasi bersifat publik atau masyarakat, yang mencakup perbaikan yang ada di lingkungan itu.
"Mungkin masalah sanitasi atau penyakit menular yang ada di masyarakat sehingga audit kasus stunting akan memberikan dua rekomendasi tersebut, sehingga dapat ditindaklanjuti baik oleh Kementerian Kesehatan atau provider (rumah sakit)," ujar dia.
Hasto turut mengapresiasi seluruh jajaran yang telah mencapai audit kasus stunting dengan baik, karena pada 2023 terjadi peningkatan dibandingkan dengan 2022.
Baca juga: Deteksi Stunting, Alat Ukur Tubuh Perlu Dioptimalkan Puskesmas
"Tahun 2023 terselenggara sebanyak 85,3 persen, sebelumnya pada 2022 hanya sekitar 60 persen," ucapnya.
Dia berharap, setelah 2023, audit kasus stunting sukses untuk meningkatkan cakupan yang masih dalam indikator-indikator kuantitatif.
Selanjutnya, pada 2024 rekomendasi yang diberikan dapat benar-benar representatif terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di daerah.
"Kalau daerah itu memang populasi secara epidemiologi bisa ditelusuri bahwa memang banyak tuberkulosis (TB) sehingga rekomendasi audit kasus stuntingnya juga akan muncul kasus TB itu, sehingga rekomendasinya tidak missed," kata dia.
Baca juga: Optimistis Stunting Jadi 14 Persen, Pemerintah Percepat Penyediaan Air Bersih
Hasto juga mengemukakan tentang kasus lingkungan yang menjadi salah satu penyebab stunting.
"Begitu juga karena kasus lingkungan, misalnya sanitasi yang kurang bagus tetapi ada proses biologis yang dibangun dalam audit kasus stunting ini mulai dari hulu sampai hilir," ucap Hasto.
"Jadi misalnya gara-gara lingkungan menimbulkan diare, akhirnya stunting, atau gara-gara TB, nafsu makannya tidak baik, dan seterusnya, itu bisa terungkap dalam audit kasus stunting ini," sambungnya.
Hasto berharap, inovasi-inovasi yang dilakukan di daerah seperti praktik baik audit kasus stunting maupun lomba-lomba poster terkait audit kasus stunting dapat terus dilakukan secara berkelanjutan demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Baca juga: BKKBN: Pencegahan Stunting Upaya Tingkatkan Rata-rata IQ Penduduk Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya