“Kami telah mengadopsi pendekatan dua arah untuk membatasi jejak karbon kami, mengurangi emisi dari lokasi industri dengan meningkatkan pengadaan energi terbarukan secara lokal, dan meningkatkan efisiensi energi yang selaras dengan Greenhouse Gas (GHG) Protocol,” ujar Direktur Pabrik L'Oréal Indonesia Hassan Asif.
Baca juga: Dorong Keberlanjutan dan Dampak Sosial, DBS Foundation Hibahkan Rp 8,2 Miliar
Selain mempercepat pengadaan energi terbarukan, pihaknya juga mengembangkan praktik keberlanjutan lain di pabrik seperti memasang pendingin bertenaga angin.
Lalu, pengolahan air limbah untuk memproses limbah dan menggunakannya kembali menjadi bahan bakar semen alternatif.
“Kami telah mengoptimalkan penggunaan air di seluruh operasi pabrik kami sebagai bagian dari perjalanan kami untuk menjadi pabrik Waterloop pada tahun 2026,” tambah Hasan.
Tak hanya itu, L’Oréal Indonesia turut melindungi keanekaragaman hayati di sekitar pabrik yang memiliki area hijau sebesar 37 persen.
Junaid mengatakan, L’Oréal juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat Indonesia, di samping aktivitas bisnis.
Hal ini diterapkan melalui program-program perusahaan seperti L’Oréal-UNESCO For Women in Science dan L’Oréal Beauty for a Better Life, yang menyediakan pendanaan untuk perempuan peneliti.
Baca juga: Sabet Best ESG Green Financing, Aldiracita Perkuat Praktik Keberlanjutan
Serta menyediakan program pelatihan kecantikan intensif gratis untuk memberdayakan perempuan yang menghadapi hambatan sosio-ekonomi.
“Melalui berbagai program sosial kemasyarakatan ini, kami dengan bangga telah memberdayakan lebih dari 800.000 penerima manfaat di seluruh Indonesia,” tutur Junaid.
Direktur Kimia Hilir Kementerian Perindustrian Emmy Suryandari mengatakan bahwa transisi L'Oréal ke sumber energi berkelanjutan mencerminkan pendekatan proaktif dalam meningkatkan daya saing Industri, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian lingkungan.
“Hal ini merupakan sebuah model yang sejalan dengan aspirasi Indonesia untuk sektor industri yang lebih berkelanjutan,” ujar Emmy dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: Jalankan 3 Pilar Keberlanjutan, HKI Guyur Rp 2,4 Miliar Sepanjang 2023
Sementara itu, Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Lautan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dasrul Chaniago mengatakan, perlu kolaborasi dari berbagai pihak terutama para produsen sektor swasta untuk turut mengadopsi solusi energi terbarukan.
“Adalah kewajiban semua pemangku kepentingan industri untuk secara aktif mengintegrasikan teknologi rendah karbon dalam kerangka produksi mereka, sehingga memenuhi tanggung jawab kolektif kita sebagai penjaga lingkungan,” tutur Dasrul.
Junaid pun menilai bahwa isu lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Sehingga, langkah dari L'Oréal diharapkan bisa menginspirasi para pelaku industri terutama sektor swasta, untuk terus mengambil tindakan nyata.
“Dengan upaya kolektif, kami optimis dapat mencapai tujuan yang ditetapkan untuk pengurangan emisi di Indonesia,” pungkas Junaid.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya