JAKARTA, KOMPAS.com - Bank-bank BUMN belum berkontribusi besar dalam membantu Indonesia menurunkan emisi karbon.
Portofolio pendanaan sektor energi bersih di perbankan BUMN masih sangat kecil jika dibandingkan dengan portofolio dan kredit sektor ekstraktif terutama batubara.
Pada saat yang sama, pemerintah justru berencana menurunkan target penurunan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia pada tahun 2025 menjadi 17 persen hingga 19 persen dari sebelumnya ditargetkan sebesar 23 persen.
Bank Mandiri dan BNI misalnya, justru mengalami peningkatan portofolio kredit ke sektor batubara.
Baca juga: PLN Tekan 52,3 Juta Ton Emisi Karbon Sepanjang 2023, Begini Caranya
Berdasarkan materi analis meeting kinerja kuartal III-2023, portofolio kredit batubara BNI tercatat 3 persen dari total kredit perbankan pelat merah itu yang mencapai Rp 664,1 triliun secara bank only.
Besaran porsi kredit batubara ini tumbuh jika dibandingkan dengan kuartal-III 2022 yang hanya 2,5 persen dari total kredit Rp 622,6 triliun secara bank only.
Sementara itu, berdasarkan materi paparan kinerja kuartal III-2023 Bank Mandiri mencatatkan portofolio kredit batubara sebesar 3,2 persen dari total kredit bank only yang mencapai Rp 1.016 triliun per September 2023.
Porsinya naik dari 2,2 persen dari total kredit bank only sebesar Rp 907,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sayangnya, BRI belum membuka informasi terkait pembiayaan ke sektor batubara pada publik per tahun 2023.
Sementara proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Cirata, Jawa Barat dengan kapasitas 192 MWp, diperlukan investasi sekitar 143 juta dolar AS atau ekuivalen Rp 2,24 triliun (dengan kurs Rp 15.673).
Baca juga: ESDM Sebut Motor Listrik Mampu Tekan Emisi 40 Persen
Investasi ini relatif kecil dibandingkan dengan total investasi yang dilakukan oleh bank-bank BUMN pada sektor batubara.
Misalnya, jika Bank Mandiri mengalihkan dana kreditnya sebesar Rp 664 triliun dari sektor batubara ke energi terbarukan, bisa tercipta sekitar 296 PLTS Terapung serupa.
Sementara itu, kredit BNI untuk batubara yang mencapai Rp 1.016 triliun bisa digunakan untuk membangun sekitar 453 PLTS Terapung dengan kapasitas yang sama.
Koordinator Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) Pius Ginting mengungkapkan peningkatan portofolio ini menunjukkan komitmen yang tidak serius dari bank-bank BUMN terhadap upaya mengatasi krisis iklim.
Ketika kredit untuk sektor ekstraktif mengalir deras, pinjaman yang diberikan untuk energi terbarukan masih sangat minim dan sulit.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya