Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2024, 20:03 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Sumi Rubber Indonesia, produsen ban Dunlop berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam menjalankan usahanya.

Melalui sustainability concept, Dunlop peduli pada lingkungan dengan terus berupaya mengurangi polusi karbon dioksida (CO2) dalam proses produksinya.

Selain itu, ban-ban bekas juga ditangani dengan seksama melalui mekanisme daur ulang.

Sales & Marketing Direktur PT Sumi Rubber Indonesia Tomohiro Senna memastikan komitmen tersebut akan terus berjalan.

Baca juga: Pertamina Raih 2 Penghargaan Bidang ESG, Terapkan Keberlanjutan

Hal ini guna mendukung Indonesia mencapai emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.

"Penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan harus terus diupayakan, dalam rangka pengurangan limbah dan proses produksi yang tidak mencemari lingkungan," ujar Tomohiro dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (15/3/2024).

Menurut Tomohiro, kebijakan lingkungan mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan dalam mengupayakan perbaikan berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan dari operasional perusahaan.

Hal ini mencakup fokus pada konservasi sumber daya alam, meminimalisasi limbah dan emisi, menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan, serta mengelola penggunaan energi.

Baca juga: Pertamina Dorong Kolaborasi demi Keberlanjutan

Dunlop, kata Tomohiro, adalah salah satu dari sejumlah perusahaan ban dan otomotif yang melaporkan data lingkungan, mendokumentasikan kemajuannya dalam mengurangi jumlah material yang dapat membahayakan lingkungan.

Selain peduli pada lingkungan, perusahaan juga terus melakukan inovasi. Sejak ditemukan oleh John Boyd Dunlop (1840-1921) yang mendirikan perusahaan ban Dunlop Pneumatic Tyre Company.

Merek ini menjadi perusahaan pertama yang mengembangkan ban berisi angin dan menjadi yang pertama memperkenalkan ban bertekanan udara di dunia pada tahun 1887. Sejak itu teknologi ban terus bergulir.

Tahun 1905, Dunlop mengembangkan ban mobil pertama dengan pola telapak beralur hingga memecahkan record kecepatan mobil khusus menggunakan ban Dunlop mencapai 326,6 kilometer per jam.

Baca juga: Dorong Keberlanjutan dan Dampak Sosial, DBS Foundation Hibahkan Rp 8,2 Miliar

Tahun 1953, Dunlop memproduksi ban tubeles pertama di Jepang hingga tahun 1960 berhasil menemukan teknologi untuk menjelaskan fenomena hydroplaning pada ban.

Hydroplaning atau disebut juga aquaplaning, merupakan kondisi adanya genangan cair di permukaan jalan yang saat dilibas kendaraan membuat kondisi mengambang sehingga pengendalian (kontrol) stir berkurang.

Pada tahun 1979 Dunlop kemudian memproduksi ban radial yang digunakan motor sport secara masal dengan produksi yang juga masal dan serentak di Jepang, Amerika, dan Eropa.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Warga DKI Jakarta Bakal Ditarik Retribusi Sampah Tahun Depan

Pemerintah
Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Emisi Karbon Naik 50.000 persen Akhir Abad Ini Akibat Hutan Mangrove Rusak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau