Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang-orang Super Tajir Didesak Bayar Pajak untuk Tanggulangi Krisis Iklim

Kompas.com, 26 April 2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Setidaknya ada empat negara yang pejabatnya menyerukan pajak tinggi kepada orang-orang super tajir untuk dipakai menanggulangi krisis iklim.

Keempat negara tersebut adalah Brasil, Jerman, Spanyol, dan Afrika Selatan, yang merupakan anggota G20, sebagaimana dilansir Euronews.

Pajak yang ditagihkan kepada para konglomerat tersebut dapat dipakai mengkaver sekitar setengah dari kebutuhan dana kerugian dan kerusakan akibat bencana iklim.

Baca juga: Australia-Indonesia Kerja Sama Pajak Kripto, Deteksi Aset Kedua Negara

Awalnya, seruan pajak terhadap orang-orang superkaya disampaikan Brasil dalam pertemuan menteri keuangan negara-negara G20 pada Februari lalu.

Usulannya adalah, orang-orang super kaya di dunia yang berjumlah sekitar 3.000 orang harus membayar pajak minimal 2 persen dari kekayaan mereka.

Usulan tersebut kini didukung oleh para menteri keuangan Jerman, Spanyol, dan Afrika Selatan.

"Sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk serius dalam mengatasi kesenjangan dan mendanai kepentingan publik," tulis para menteri keuangan dari Brasil, Jerman, Spanyol, dan Afrika Selatan dalam artikel untuk The Guardian, Kamis (25/4/2024).

Mereka mengatakan, salah satu instrumen utama yang dimiliki pemerintah untuk mendorong kesetaraan adalah kebijakan pajak.

Baca juga: 14 Februari, Bali Berlakukan Pajak Pariwisata Hijau untuk Turis Asing

Penerapan pajak terhadap orang-orang super kaya tersebut juga berpotensi meningkatkan ruang fiskal pemerintah untuk berinvestasi dalam perlindungan sosial, pendidikan, dan perlindungan iklim.

"Dirancang secara progresif, hal ini juga memastikan bahwa setiap orang di masyarakat berkontribusi terhadap kebaikan bersama sesuai dengan kemampuan mereka untuk membayar," tulis mereka.

Keempat menteri keuangan itu mengatakan, pajak kekayaan minimum 2 persen dapat membuka tambahan pendapatan pajak tahunan sebesar 250 miliar dollar AS secara global.

Dana yang didapatkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang paling besar dan ketidakadilan yang terjadi di dunia, termasuk perubahan iklim.

Zahra Hdidou dari ActionAid sepenuhnya setuju dengan pajak kekayaan terhadap orang-orang super tajir.

Baca juga: Pajak Karbon Bisa Berakhir Gimmick Semata jika Hanya Rp 30 Per Kilogram

"Kita harus mulai mengenakan pajak kepada para konglomerat. Pajak kekayaan sebesar 2 persen ini sangat bagus," kata Hdidou kepada Euronews.

Dia menambahkan, pajak tersebut akan menjadi awal yang baik untuk pendanaan menanggulangi dampak dari krisis iklim.

Namun dia menekankan, pajak dari orang-orang super tajir saja tidak akan mampu menutupi kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim yang berjumlah sekitar 400 miliar dollar AS.

"Selain itu, kita harus mulai mengenakan pajak kepada para pencemar terbesar, juga industri bahan bakar fosil, yang merupakan penyebab terbesar perubahan iklim," sambungnya.

Baca juga: Mulai 2027, Inggris Terapkan Pajak Karbon untuk Impor Baja dan Semen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau