Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aris Marfai
Kepala Badan Informasi Geospasial

Professor Geografi

Membaca Data Geospasial Gunung Api Ruang

Kompas.com, 2 Mei 2024, 09:49 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GUNUNG api Ruang merupakan salah satu dari sekitar 127 gunung api aktif di Indonesia. Gunung api Ruang berada di Pulau Ruang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.

Pulau Ruang merupakan pulau kecil vulkan, yaitu pulau yang terbentuk karena aktivitas vulkanik. Pulau Ruang terbentuk karena endapan piroklastik dan lelehan lava dari erupsi gunung api Ruang.

Tipe pulau-pulau kecil di Indonesia ada yang terbentuk dari material hasil vulkanisme, ada yang terbentuk dari material karang atau batuan karbonat dan ada yang terbentuk dari endapan fluvial.

Pulau kecil yang terbentuk dari material hasil vulkanisme di antaranya seperti Pulau Ruang, Pulau Tidore, Pulau Ternate dan Pulau Gunung Api Banda.

Gunung api Ruang mengalami letusan terbaru pada 30 April 2024, setelah sekitar 2 minggu sebelumnya mengalami rangkaian letusan dengan besaran bervariasi.

Gunung api ini telah meletus lebih dari 15 kali selama kurun waktu 200 tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut erupsi yang terjadi mempunyai magnitude berbeda, mulai dari erupsi kecil, erupsi dengan awan panas, erupsi diikuti abu vulkanik, erupsi besar dengan semburan lava pijar, dan erupsi eksplosif yang diikuti lelehan lava dan awan panas.

Data geospasial berupa peta dasar dapat digunakan untuk membaca karakteristik morfologi Gunung api Ruang. Peta dasar memuat informasi kontur ketinggian dan batimetri kedalaman.

Gunung api Ruang mempunyai ketinggian 725 m di atas permukaan laut. Namun, tubuh gunung api tersebut sebagiannya berada di bawah permukaan laut hingga ke dasar laut.

Berdasarkan data batimetri dari Badan Informasi Geospasial (BIG), kaki gunung api yang ada di bawah permukaan air laut mencapai kedalaman hingga 200 meter di sisi timur dan hingga 400 meter di sisi barat. Lebar badan Gunung api Ruang mencapai 6,5 kilometer.

Data batimetri sangat penting untuk membantu memahami morfologi dasar laut, sehingga analisis dampak letusan gunung api, seperti kemungkinan terjadinya tsunami sebagai dampak dari letusan gunung api, dapat dimodelkan.

Batimetri juga dapat digunakan untuk melihat morfologi pantai dan lautan dangkal di kepulaun terdekat, misalnya di wilayah Likupang, sehingga dapat digunakan untuk memodelkan run up tsunami di pesisir dan jangkauan limpasannya, untuk mendukung mitigasi dan pengurangan bencana.

Data batimetri merupakan data geospasial dasar yang dapat diakses oleh publik di laman sistem batimetri nasional atau sibatnas.big.go.id.

Terdapat enam stasiun pasang surut yang terinstal di beberapa pulau di sekitar gunung api Ruang, meliputi Stasiun Ulu Siau, Stasiun Ngalipaeng, Stasiun Tahuna, Stasiun Petta, Stasiun Melonguane dan Stasiun Likupang.

Stasiun pasang surut tersebut dikelola oleh BIG untuk tujuan referensi pemetaan dan penyediaan data geospasial dasar.

Namun demikian, data stasiun pasang surut juga dapat digunakan untuk monitoring ada tidaknya gejala tsunami akibat erupsi gunung api. Pada saat kejadian erupsi kemarin data pasang tertinggi mencapai 1,79 meter.

Letusan gunung api dengan magnitude yang lebih besar bisa jadi dapat mengakibatkan dinamika permukaan air laut yang lebih besar.

Ketinggian pasang yang dinamis dan ekstrem dapat dimonitor dari sensor pada enam stasiun pasang surut terdekat tersebut.

Ada tiga sensor yang saling mem-back up di setiap stasiun, yaitu sensor dengan sistem radar, sistem pressure dan sistem mekanik, yang bekerja merekam data 24 jam per 7 hari, dengan data realtime setiap 5 detik dikirimkan ke server.

Data geospasial pasang surut dapat diakses publik di ina-sealevelmonitoring.big.go.id

Data geospasial dari satelit dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan yang mencolok antara sebelum dan sesudah erupsi.

Citra satelit landsat sebelum kejadian erupsi memperlihatkan tutupan vegetasi yang rapat di lereng gunung api, sedangkan citra satelit setelah kejadian memperlihatkan tutupan material baru, yang merupakan guguran lava dan piroklastik yang mengubur tutupan vegetasi yang ada.

Data geospasial citra satelit dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan dan perubahan tutupan lahan akibat bencana.

Ketersediaan data geospasial yang akurat dan menyeluruh di semua wilayah Indonesia, termasuk peta dasar skala besar, data batimetri, data pasang surut, dan data citra satelit sangat diperlukan.

Citra satelit sangat diperlukan tidak saja untuk kebencanaan, tetapi juga dalam pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber daya dan perencanaan pembangunan.

Indonesia sudah saatnya mempunyai satelit kebumian sendiri, sebagai bagian dari kemandirian data geospasial.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
LSM/Figur
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Pemerintah
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
LSM/Figur
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Swasta
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
Pemerintah
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Pemerintah
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
LSM/Figur
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
Pemerintah
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Swasta
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Pemerintah
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
Pemerintah
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau