GUNUNG api Ruang merupakan salah satu dari sekitar 127 gunung api aktif di Indonesia. Gunung api Ruang berada di Pulau Ruang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.
Pulau Ruang merupakan pulau kecil vulkan, yaitu pulau yang terbentuk karena aktivitas vulkanik. Pulau Ruang terbentuk karena endapan piroklastik dan lelehan lava dari erupsi gunung api Ruang.
Tipe pulau-pulau kecil di Indonesia ada yang terbentuk dari material hasil vulkanisme, ada yang terbentuk dari material karang atau batuan karbonat dan ada yang terbentuk dari endapan fluvial.
Pulau kecil yang terbentuk dari material hasil vulkanisme di antaranya seperti Pulau Ruang, Pulau Tidore, Pulau Ternate dan Pulau Gunung Api Banda.
Gunung api Ruang mengalami letusan terbaru pada 30 April 2024, setelah sekitar 2 minggu sebelumnya mengalami rangkaian letusan dengan besaran bervariasi.
Gunung api ini telah meletus lebih dari 15 kali selama kurun waktu 200 tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut erupsi yang terjadi mempunyai magnitude berbeda, mulai dari erupsi kecil, erupsi dengan awan panas, erupsi diikuti abu vulkanik, erupsi besar dengan semburan lava pijar, dan erupsi eksplosif yang diikuti lelehan lava dan awan panas.
Data geospasial berupa peta dasar dapat digunakan untuk membaca karakteristik morfologi Gunung api Ruang. Peta dasar memuat informasi kontur ketinggian dan batimetri kedalaman.
Gunung api Ruang mempunyai ketinggian 725 m di atas permukaan laut. Namun, tubuh gunung api tersebut sebagiannya berada di bawah permukaan laut hingga ke dasar laut.
Berdasarkan data batimetri dari Badan Informasi Geospasial (BIG), kaki gunung api yang ada di bawah permukaan air laut mencapai kedalaman hingga 200 meter di sisi timur dan hingga 400 meter di sisi barat. Lebar badan Gunung api Ruang mencapai 6,5 kilometer.
Data batimetri sangat penting untuk membantu memahami morfologi dasar laut, sehingga analisis dampak letusan gunung api, seperti kemungkinan terjadinya tsunami sebagai dampak dari letusan gunung api, dapat dimodelkan.
Batimetri juga dapat digunakan untuk melihat morfologi pantai dan lautan dangkal di kepulaun terdekat, misalnya di wilayah Likupang, sehingga dapat digunakan untuk memodelkan run up tsunami di pesisir dan jangkauan limpasannya, untuk mendukung mitigasi dan pengurangan bencana.
Data batimetri merupakan data geospasial dasar yang dapat diakses oleh publik di laman sistem batimetri nasional atau sibatnas.big.go.id.
Terdapat enam stasiun pasang surut yang terinstal di beberapa pulau di sekitar gunung api Ruang, meliputi Stasiun Ulu Siau, Stasiun Ngalipaeng, Stasiun Tahuna, Stasiun Petta, Stasiun Melonguane dan Stasiun Likupang.
Stasiun pasang surut tersebut dikelola oleh BIG untuk tujuan referensi pemetaan dan penyediaan data geospasial dasar.
Namun demikian, data stasiun pasang surut juga dapat digunakan untuk monitoring ada tidaknya gejala tsunami akibat erupsi gunung api. Pada saat kejadian erupsi kemarin data pasang tertinggi mencapai 1,79 meter.
Letusan gunung api dengan magnitude yang lebih besar bisa jadi dapat mengakibatkan dinamika permukaan air laut yang lebih besar.
Ketinggian pasang yang dinamis dan ekstrem dapat dimonitor dari sensor pada enam stasiun pasang surut terdekat tersebut.
Ada tiga sensor yang saling mem-back up di setiap stasiun, yaitu sensor dengan sistem radar, sistem pressure dan sistem mekanik, yang bekerja merekam data 24 jam per 7 hari, dengan data realtime setiap 5 detik dikirimkan ke server.
Data geospasial pasang surut dapat diakses publik di ina-sealevelmonitoring.big.go.id
Data geospasial dari satelit dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan yang mencolok antara sebelum dan sesudah erupsi.
Citra satelit landsat sebelum kejadian erupsi memperlihatkan tutupan vegetasi yang rapat di lereng gunung api, sedangkan citra satelit setelah kejadian memperlihatkan tutupan material baru, yang merupakan guguran lava dan piroklastik yang mengubur tutupan vegetasi yang ada.
Data geospasial citra satelit dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan dan perubahan tutupan lahan akibat bencana.
Ketersediaan data geospasial yang akurat dan menyeluruh di semua wilayah Indonesia, termasuk peta dasar skala besar, data batimetri, data pasang surut, dan data citra satelit sangat diperlukan.
Citra satelit sangat diperlukan tidak saja untuk kebencanaan, tetapi juga dalam pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber daya dan perencanaan pembangunan.
Indonesia sudah saatnya mempunyai satelit kebumian sendiri, sebagai bagian dari kemandirian data geospasial.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya