KOMPAS.com - Hidrogen dan amonia tidak hanya bakal digunakan sebagai energi baru, tetapi juga sebagai penyimpanan dan pembawa energi untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan.
Hidrogen dan amonia dianggap sebagai energi baru yang menjanjikan, sehingga perlu untuk mewujudkan transisi energi.
Keduanya juga termasuk dalam konsep Asian Zero Emission Community (AZEC) yang dipromosikan oleh pemerintah Jepang.
Guna mendukung pencapaian netralitas karbon pada tahun 2060, badan kerja sama internasional Jepang yaitu Japan International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan forum promosi hidrogen dan amonia di Jakarta, pada Jumat (31/5/2024).
Baca juga: Potensi Hidrogen Dorong Peningkatan Industri di Asia Tenggara
"Forum hidrogen amonia ini menjadi langkah awal dari ragam upaya potensial kolaborasi Indonesia dan Jepang. Saya yakin, kerja sama yang kuat dan solid ini dapat mengakselerasi transisi energi demi mencapai target NZE di kedua negara," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi,
Selain gelaran diskusi dan pengenalan status terbaru hidrogen dan amonia, dilaksanakan juga penandatanganan Memorandum of Cooperation (MOC).
Kesepakatan kerja sama itu dilakukan JICA dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Indonesian Fuel Cell Hydrogen Energy Association (IFHE), untuk mempromosikan pengembangan hidrogen dan amonia.
MOC yang disepakati oleh keempat pihak (JICA, Kementerian ESDM, BRIN dan IFHE) adalah kerja sama di bidang kebijakan, peraturan dan sistem, teknologi, serta standar terkait hidrogen dan Amonia.
Sekaligus promosi kerja sama melalui forum-forum dengan sektor publik dan swasta di Jepang dan Indonesia, serta peningkatan kapasitas lembaga pelaksana di Indonesia terkait teknologi terbaru.
Baca juga: Pemerintah Terus Kembangkan Inovasi Energi Hijau, Termasuk Hidrogen
Berdasarkan MOC yang telah disepakati, JICA berencana untuk meluncurkan data collection survey baru mengenai rantai pasokan hidrogen dan amonia pada akhir tahun 2024.
Melalui berbagai upaya tersebut, sektor publik dan swasta di Indonesia serta Jepang akan bekerja sama untuk mendorong transisi energi melalui pemasyarakatan hidrogen, amonia, dan energi baru lainnya.
Hal ini dapat berkontribusi untuk mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), nomor 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan nomor 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Eniya menyampaikan, Indonesia telah meluncurkan Strategi Hidrogen Nasional pada akhir tahun 2023, sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan untuk pemanfaatan hidrogen.
Telah disiapkan pula Peta Jalan Hidrogen Nasional yang dilengkapi dengan target secara rinci dan rencana aksi tahunan hingga 2060, yang akan menjadi konsensus pada Juni 2024 ini.
"Saat ini kami tengah menyiapkan Standar Hidrogen Indonesia dan Standar Klasifikasi Bidang Bisnis Hidrogen Indonesia, agar ekosistem hidrogen dapat direalisasikan secepatnya. Juga sedang disusun naskah akademis yang ditargetkan selesai pada September 2024", tuturnya.
Baca juga: Keuntungan Hidrogen di Indonesia, Jadi Alternatif Energi Murah
Sebagai informasi, Indonesia telah menetapkan peta jalan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060, yang terfokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan seperti surya, air, angin, panas bumi, hidrogen, dan amonia.
Indonesia juga telah memulai pemanfaatan hidrogen, melalui anak perusahaan PT PLN, PT Nusantara Power yang meluncurkan pembangkit hidrogen hijau 100% pertama di Jakarta.
Saat ini, ada beberapa proyek hidrogen yang sedang berjalan di Indonesia, di antaranya hidrogen hijau hibrida dari surya dan bayu di Sumba Timur, serta pembangkit hidrogen berbasis PLTA di Kalimantan Utara dan Papua.
Eniya mengatakan, dengan pemanfaatan hidrogen dan amonia yang besar, Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam pasar hidrogen global, dan menjadi pusat hidrogen regional.
Sebab, Indonesia memiliki posisi yang strategis untuk melakukan ekspor hidrogen hijau, karena posisinya di dekat salah satu jalur laut strategi di dunia, yaitu selat Malaka,
"Kita akan mengembangkan ekosistem hidrogen komprehensif, yang terdiri dari produksi, penyimpanan, transportasi, dan pemanfaatannya. Kami yakin dengan dukungan negara mitra seperti Jepang, dalam upaya persiapan ekosistem hidrogen kompetitif, Indonesia bisa mencapai visinya untuk menjadi pusat hidrogen Dunia," pungkas Eniya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya