Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/06/2024, 20:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim kolaborasi Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan University of Technology Sydney (UTS), yang tergabung dalam Program Koneksi menyampaikan hasil penelitian mereka terkait sistem air. 

Mereka menciptakan sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yang tahan terhadap perubahan iklim.

Hasil penelitian tersebut dipaparkan oleh tim yang merupakan kolaborasi antara UI, UTS, Center for Regulation Policy and Governance (CRPG), dan UGM.

Tim UI terdiri atas Dr Cindy Rianti Priadi sebagai Team Leader Comp B, dan Dr Ing Sucipta Laksono sebagai Co-Lead Researcher.

Baca juga: Pencemaran Air Dapat Sebabkan Stunting Hingga Kanker

"Kita harus mengapresiasi usaha yang telah dilakukan melalui PAMSIMAS dalam menanggulangi dampak permasalahan teknis. Dampak perubahan iklim sudah mulai terasa, harus ada tindak lanjut seperti memiliki sumber air cadangan, penyesuaian material, pipa, dan pompa," ujar Sucipta Laksono.

Dalam kegiatan tersebut, Tim Koneksi berkesempatan untuk memperkenalkan alat penilaian mandiri bagi KPSPAMS yang diberi nama Rural Water Supply Climate-Resilient Monitoring Tool (RWS-CRMT).

Alat ini mampu menilai kerentanan/ketahanan layanan air pedesaan terhadap perubahan iklim, dikutip dari Antara, Selasa (11/6/2024).

Pasokan air sangat penting

Selama proses pengembangannya telah dimulai sejak September 2023 hingga Mei 2024, RWS-CRMT telah diuji ke 100 Kelompok Pengelola Sarana Prasarana Air Minum Sanitasi (KPSPAMS) yang tersebar pada14 provinsi di Indonesia.

Provinsi tersebut adalah Jawa Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggaran Barat (NTB), Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Riau, Lampung, Kalimantan Barat, NTT, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Untuk mencapai ketahanan iklim dan transformasi ekonomi di Indonesia, menurutnya, fondasi untuk populasi yang produktif dan sehat antara lain adalah lewat ketersediaan pasokan air bersih. Dengan demikian, air bersih merupakan hal yang sangat penting.

Baca juga: Layanan Air Minum dan Sanitasi Indonesia Baru Mencapai 20 Persen

Dekan FTUI Heri Hermansyah mengungkapkan, kolaborasi antar-institusi ini mampu menciptakan alat penilaian kerentanan layanan air.

"Inisiatif ini penting untuk mengatasi isu akses dan kualitas air, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan pertumbuhan populasi," ujarnya. 

Alat penilaian ini akan membantu mengidentifikasi tantangan layanan air dan memastikan akses yang aman dan terjangkau bagi semua.

"Saya mengapresiasi dedikasi tim peneliti dari ketiga universitas dan pusat regulasi, serta berharap kolaborasi ini terus menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat," pungkas Heri.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau