BrandzView
Artikel ini merupakan kerja sama Kompascom dengan Bumi Global Karbon

Pantau Emisi GRK hingga Scope 3, Kompas.com dan BGK Dorong Partisipasi Publik Capai SDGs

Kompas.com - 11/06/2024, 15:25 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Kompas Cyber Media (KCM) atau Kompas.com menjadi media digital pertama yang menghitung emisi gas rumah kaca (GRK) hingga scope atau cakupan 3 pada operasional bisnisnya.

Perhitungan yang mengacu pada operasional bisnis sepanjang periode 2023 itu dilakukan lewat kolaborasi dengan konsultan keberlanjutan (sustainability) Bumi Global Karbon (BGK).

Dengan kolaborasi bersama BGK, Kompas.com menjalankan langkah konkret menuju keberlanjutan dan memberikan contoh nyata bagi industri media digital di Indonesia.

BGK sendiri merupakan konsultan sustainability terakreditasi, berpengalaman, dan dipercaya oleh klien dari berbagai sektor industri. Jasa konsultasi sustainability ini berfokus pada tiga solusi layanan, yakni solusi sosial berkelanjutan, solusi perencanaan, strategi, dan pelaporan keberlanjutan, serta solusi lingkungan hidup dan karbon yang mencakup layanan inventarisasi emisi GRK.

General Manager (GM) Marketing Kompas.com Dimas Fikhriadi mengatakan bahwa penghitungan emisi GRK merupakan salah satu langkah nyata industri media untuk berkontribusi dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Seperti diketahui, Penanganan Perubahan Iklim menjadi poin 13 dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang disusun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan disepakati oleh negara-negara anggota, termasuk Indonesia, pada 2015.

“SDG Index Rank Indonesia terbilang rendah, yakni peringkat 75 dari 166. Perkembangan pencapaian poin 13 pun stagnan,” ujar Dimas saat ditemui di Menara Kompas, Jumat (31/5/2024).

Dengan penghitungan emisi GRK, lanjut Dimas, Kompas.com berharap bisa mendapatkan gambaran utuh mengenai jejak karbon yang dihasilkan dalam seluruh rantai operasional bisnis.

“Dari penghitungan itu, kami bisa memetakan upaya ke depan untuk menekan emisi GRK,” kata Dimas.

Hingga scope 3

Lebih jauh Dimas menjelaskan, perhitungan emisi GRK Kompas.com yang dilakukan hingga scope 3. Adapun scope 1 mencakup emisi dari sumber yang dimiliki dan dikendalikan langsung oleh perusahaan, misalnya kendaraan operasional. Dari perhitungan ini, Kompas.com menghasilkan 7,15 ton setara karbon dioksida atau CO2 equivalent (CO2eq).

Sementara, scope 2 merupakan emisi yang timbul secara tidak langsung oleh perusahaan serta berasal dari tempat energi dibeli dan digunakan oleh perusahaan, misalnya pemakaian listrik yang disediakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Scope 2 menghasilkan 204 ton CO2eq,” lanjut Dimas.

Ilustrasi emisi karbon. SHUTTERSTOCK/MIHA CREATIVE Ilustrasi emisi karbon.

Kemudian, scope 3 merupakan emisi yang tidak dihasilkan dan bukan hasil dari aktivitas dari aset yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan.

“Tidak banyak perusahaan yang menghitung (emisi GRK) hingga scope 3 karena cakupan ini menjadi tanggung jawab pihak lain sehingga tidak bisa dikendalikan secara langsung,” tutur Dimas.

Baca juga: Pemerintah Tekan 127.67 Juta Ton Emisi Gas Rumah Kaca Sepanjang 2023

Penghitungan scope 3 mencakup emisi yang dihasilkan karyawan selama perjalanan ke kantor dan perjalanan dinas serta barang dan jasa yang dijual perusahaan. Scope 3 ini tercatat mencapai 2.466.775,19 juta ton CO2eq.

Jadi, secara total, emisi GRK yang dihasilkan Kompas.com sepanjang 2023 adalah 2.466.985,91 juta ton CO2eq.

Berdasarkan temuan tersebut, BGK pun merekomendasikan sejumlah peluang yang bisa dilakukan Kompas.com untuk mengurangi dan memitigasi emisi GRK.

“Kompas.com bisa mulai menerapkan sistem manajemen energi atau energy management system (ENMS),” kata Director BGK Lydiawaty.

Kemudian, perusahaan juga bisa beralih ke sumber energi terbarukan dari PLN yang telah mendapatkan Renewable Energy Certificate (REC), mengurangi perjalanan dinas yang tidak perlu, serta bekerja sama dengan pemasok dan produsen yang menerapkan praktik environmental, social, dan governance (ESG) yang baik.

Selain itu, Kompas.com juga bisa mulai berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk berinovasi dalam teknologi penyiaran yang rendah emisi.

Untuk diketahui, scope 3 juga mencakup produk jurnalisme Kompas.com yang diakses pembaca secara online menggunakan jaringan listrik dan internet penghasil emisi GRK.

Industri media sebagai katalisator

Lydiawaty menjelaskan, perhitungan emisi GRK sebenarnya bukan hanya menjadi kewajiban perusahaan terbuka yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), melainkan juga lembaga jasa keuangan dan emiten.

Kewajiban itu tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51 Tahun 2017 Tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.

Sementara, bagi perusahaan lain, perhitungan tersebut bersifat sukarela atas inisiatif sendiri.

“Meski tidak diwajibkan, Kompas.com tetap melakukan langkah tersebut. Kami apresiasi dan salut kepada Kompas.com karena berinisiatif dan aware. Ini langkah yang sangat bagus,” ucap Lydiawaty.

Baca juga: Pelaku Industri Didorong Mulai Terapkan Sustainability dalam Bisnisnya

Menurut dia, langkah Kompas.com dalam menginventarisasi emisi GRK dapat menginspirasi industri media ataupun sektor lain untuk bersama-sama menekan jejak karbon.

“Sebagai salah satu media besar di Indonesia, Kompas.com juga bisa mengedukasi pembaca untuk bisa memulai langkah sederhana, misalnya dengan menghemat listrik dan bahan bakar minyak serta beralih menggunakan kendaraan umum,” tutur Lydiawaty.

Hal senada disampaikan Dimas. Menurutnya, pencapaian SDGs membutuhkan kolaborasi pentahelix antara pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha atau industri, dan media. Kelima unsur ini perlu bekerja sama dalam perencanaan, implementasi, hingga evaluasi pembangunan berkelanjutan.

“Media merupakan katalisator yang bisa mendorong pembaca atau pemangku kepentingan melakukan gerakan secara masif,” kata Dimas.

Penerapan prinsip ESG dalam praktik bisnis

Dimas menjelaskan bahwa Kompas.com telah menerapkan prinsip ESG dalam seluruh praktik bisnisnya. Salah satunya yang sedang diupayakan Kompas.com bersama unit bisnis KG Media lainnya adalah inisiatif KG Media Lestari.

Platform tersebut hadir untuk mengakselerasi kolaborasi para pemangku kepentingan sekaligus menggaungkan gerakan-gerakan yang mendukung isu keberlanjutan agar dampaknya lebih signifikan.

“Saat ini, kami juga sedang mempersiapkan Lestari Awards 2024. Ajang ini diorganisasi oleh empat unit bisnis di bawah naungan KG Media, yaitu Kompas.com, KompasTV, Kontan, dan National Geographic Indonesia,” jelas Dimas.

Lestari Awards 2024 menganugerahkan penghargaan kepada para pelaku industri yang telah berdedikasi dalam memberikan manfaat bagi masyarakat melalui upaya yang berkelanjutan.

Lestari Awards 2024KG Media Lestari Awards 2024

Penghargaan tersebut juga merupakan upaya KG Media untuk mengajak seluruh partisipan memberikan kontribusi nyata demi meningkatkan kesadaran, memihak perubahan, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan di dunia.

Dengan kata lain, Lestari Awards 2024 adalah panggung bagi pelaku industri yang berkomitmen memberikan dampak positif bagi lingkungan.

“Kami berharap, seluruh upaya KG Media, khususnya Kompas.com, dapat menginspirasi. Kami mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mendorong penerapan SDGs demi masa depan generasi mendatang,” tegas Dimas.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

COP16 Riyadh: Perusahaan Didesak Perkuat Investasi Kesehatan Lahan

COP16 Riyadh: Perusahaan Didesak Perkuat Investasi Kesehatan Lahan

Swasta
Pertanian Tak Berkelanjutan Sebabkan Degradasi Lahan, Arab Saudi Luncurkan Agenda Aksi Riyadh

Pertanian Tak Berkelanjutan Sebabkan Degradasi Lahan, Arab Saudi Luncurkan Agenda Aksi Riyadh

Pemerintah
Desa Sejahtera Astra Boja Farm Berhasil Ekspor Hasil Pertanian Organik

Desa Sejahtera Astra Boja Farm Berhasil Ekspor Hasil Pertanian Organik

Pemerintah
Desa Sejahtera Astra, Dukung Ekonomi Masyarakat yang Ramah Lingkungan

Desa Sejahtera Astra, Dukung Ekonomi Masyarakat yang Ramah Lingkungan

Swasta
Australia Berpotensi Jadi Pemimpin Dunia dalam Industri Besi Hijau

Australia Berpotensi Jadi Pemimpin Dunia dalam Industri Besi Hijau

Pemerintah
COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Di Forum Dunia, Petani Gurem Dapat Perhatian Serius

Di Forum Dunia, Petani Gurem Dapat Perhatian Serius

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau