Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Juni, Hari Memerangi Penggurunan dan Kekeringan Sedunia

Kompas.com - 17/06/2024, 21:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap tanggal 17 Juni, ada perayaan Hari Memerangi Penggurunan dan Kekeringan Sedunia (World Day to Combat Desertification and Drought), yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran upaya internasional dalam memerangi penggurunan.

Awalnya, desertifikasi atau penggurunan, bersama perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, diidentifikasi sebagai tantangan terbesar terhadap pembangunan berkelanjutan pada Earth Summit di Rio tahun 1992.

Dua tahun kemudian, pada 1994, Majelis Umum menetapkan Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (United Nations Convention to Combat Desertification atau UNCCD).

Baca juga: Proteksi Lingkungan dan Ekosistem Berkelanjutan, MHU Raih Properda Emas

UNCCD merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum, menghubungkan lingkungan hidup dan pembangunan dengan pengelolaan lahan berkelanjutan, dan mendeklarasikan tanggal 17 Juni sebagai "World Day to Combat Desertification and Drought". 

Sekretaris Eksekutif UNCCD, Ibrahim Thiaw, mengatakan bahwa 40 persen lahan di dunia sudah terdegradasi. Hal ini akan berdampak pada hampir separuh umat manusia.

"Inilah saatnya untuk bersatu demi lahan dan menunjukkan kartu merah terhadap hilangnya dan degradasi lahan di seluruh dunia," ujar Ibrahim, dikutip dari laman resmi UNCCD, Senin (17/6/2024). 

Acara peringatan "World Day to Combat Desertification and Drought" berlangsung di Bonn, Jerman, hari ini. 

Dunia perlu mengambil tindakan bersama saat ini, agar generasi mendatang dapat memiliki akses terhadap sumber daya alam yang penting.

"Kita hanya akan mampu memberi makan umat manusia dan mengatasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati jika kita memiliki tanah yang sehat,” ujar Sekretaris Negara Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Jochen Flasbarth. 

Bahaya kekeringan dan degradasi lahan

Dikutip dari laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), penggurunan, degradasi lahan, dan kekeringan merupakan salah satu tantangan lingkungan terbesar saat ini.

Saat lahan-lahan di dunia terdegradasi, dampaknya terhadap manusia, ternak, dan lingkungan bisa sangat buruk. Bahkan, PBB memperkirakan sekitar 50 juta orang mungkin akan mengungsi dalam 10 tahun ke depan akibat penggurunan.

Baca juga: BMKG: Banyak Wilayah RI Alami Kekeringan Juni-September

Padahal, lahan yang sehat tidak hanya menyediakan hampir 95 persen makanan bagi umat manusia. Tetapi juga memberikan tempat berlindung, menyediakan lapangan kerja dan penghidupan, serta melindungi dari kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan.

Lebih jauh, dampaknya dapat memengaruhi keanekaragaman hayati, keamanan lingkungan, pemberantasan kemiskinan, stabilitas sosio-ekonomi, hingga pembangunan berkelanjutan.

Fenomena penggurunan dan kekeringan juga mendorong migrasi paksa dan menyebabkan puluhan juta orang berisiko mengungsi setiap tahun.

Apalagi, sedikitnya 10 miliar orang diproyeksikan memenuhi bumi pada tahun 2050. Jumlah penduduk yang semakin padat tentu membutuhkan lahan yang sehat untuk kehidupan. 

Sayangnya, degradasi ekosistem lahan kering masih terus-menerus terjadi akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Mulai dari pertanian tidak berkelanjutan yang menghabiskan nutrisi dalam tanah, pertambangan, penggembalaan berlebihan, hingga penebangan lahan eksploitatif. Kombinasi hal-hal tersebut dapat mengubah lahan terdegradasi menjadi gurun.

Adapun tema yang dipilih untuk World Day to Combat Desertification and Drought tahun ini adalah "United for Land: Our Legacy. Our Future" (Bersatu untuk Tanah, Warisan dan Masa Depan Kita).

Tema ini berupaya mendorong semua bagian masyarakat untuk mendukung penatagunaan lahan yang berkelanjutan mulai hari ini sampai seterusnya. 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

LSM/Figur
Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Pemerintah
Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

LSM/Figur
“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

Swasta
Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Pemerintah
Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

LSM/Figur
Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

LSM/Figur
Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

LSM/Figur
Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Pemerintah
 Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Pemerintah
Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

LSM/Figur
Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

LSM/Figur
Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Swasta
Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau