Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Kota Terpanas di Indonesia Hari Ini, Majene 36,6 Derajat Celsius

Kompas.com, 23 Juni 2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia di berbagai wilayah merasakan hawa panas yang sangat menyengat.

Menurut pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa kota di Indonesia mengalami suhu maksimal yang lebih panas dibandingkan daerah lain.

Pada Minggu (23/6/2023), BMKG merilis daftar kota dan kabupaten di Indonesia dengan suhu terpanas di Indonesia melalui akun Instagram.

Baca juga: Jakarta, Makassar, dan Semarang, Kota Terpanas di Dunia

Pencatatan dilakukan mulai 22 Juni 2024 pukul 07.00 WIB sampai dengan 23 Juni 2024 pukul 07.00 WIB.

Berikut 10 kota atau kabupaten terpanas di Indonesia menurut pantauan dari BMKG mulai 22-23 Juni 2024.

1. Kabupaten Majene, Sulawesi Barat

Menurut pantauan Pos Meteorologi Majene, suhu tertinggi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mencapai 36,6 derajat celsius.

2. Kota Tangerang Selatan, Banten

Suhu tertinggi di Kota Tangerang Selatan, Banten, menyentuh 34,6 derajat celsius menurut pemantauan Stasiun Klimatologi Banten.

Baca juga: 10 Kota Terpanas di Indonesia Hari Ini, Deli Serdang 36,7 Derajat Celsius

3. Kota Banda Aceh, Aceh

Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda melaporkan, suhu tertinggi di Kota Banda Aceh, Aceh, adalah 34,4 derajat celsius.

4. Kabupaten Aceh Utara, Aceh

Laporan dari Stasiun Meteorologi Malikussaleh mencatat, suhu terpanas di Kabupaten Kabupaten Aceh Utara, Aceh adalah 34,2 derajat celsius.

5. Kota Palembang, Sumatera Selatan

Suhu tertinggi di Kota Palembang, Sumatera Selatan, menyentuh 34,2 derajat celsius menurut pemantauan Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan.

6. Kota Sabang, Aceh

Menurut Stasiun Meteorologi Maimun Saleh, suhu tertinggi di Sabang, Aceh, adalah 34 derajat celsius.

Baca juga: Maret, Bulan dengan Rekor Suhu Terpanas Global, Picu Bencana Ekstrem

7. Kota Palu, Sulawesi Tengah

Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri melaporkan, suhu tertinggi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, tercatat 33,8 derajat celsius.

8. Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT)

Laporan dari Stasiun Meteorologi Gewayantana menyebutkan, suhu terpanas di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT, adalah 33,7 derajat celsius.

9. Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah

Stasiun Meteorologi Kasiguncu melaporkan, suhu terpanas di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, adalah 33,6 derajat celsius.

10. Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

Stasiun Meteorologi Pangsuma melaporkan, suhu terpanas di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, adalah 33,5 derajat celsius.

Baca juga: BMKG: Tahun 2023 Rekor Suhu Terpanas, Dampak Aktivitas Industri

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Swasta
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau