TANAH berpasir sering kali dianggap tidak ideal untuk kegiatan pertanian karena miskin unsur hara dan tidak mampu menahan air dengan baik.
Namun di Kulonprogo, Yogyakarta, lahan pasir di pantai Bugel-Glagah berhasil disulap menjadi lahan produktif yang menghasilkan aneka hasil pertanian seperti cabai, melon, dan semangka berkualitas tinggi.
Keberhasilan ini dicapai melalui penerapan sistem irigasi tetes yang efisien, penambahan pupuk organik, penggunaan kotoran ayam, perbaikan struktur tanah, pengendalian hama secara alami, dan penyiraman tanaman.
Irigasi tetes memungkinkan air disalurkan langsung ke akar tanaman secara perlahan dan tepat. Air yang digunakan berasal dari air tanah yang dikelola menjadi sistem irigasi tetes sehingga penggunaan air lebih efisien.
Irigasi tetes ini dapat memastikan tanaman mendapatkan pasokan air yang konsisten tanpa pemborosan. Sistem ini sangat efektif diterapkan di tanah berpasir yang memiliki drainase cepat.
Teknik ini tidak hanya menghemat air, tetapi juga memastikan tanaman tetap terhidrasi dengan baik sehingga dapat tumbuh optimal.
Pupuk organik padat (POP) dan kotoran ayam digunakan untuk memperkaya tanah dengan nutrisi dan memperbaiki tekstur tanah sehingga mampu mengikat air dan tambahan unsur hara lainnya.
POP dan kotoran ayam ini membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menyediakan nutrisi penting bagi tanaman.
Penambahan kotoran ayam yang diolah menjadi kompos juga menjadi langkah penting dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Kompos ini tidak hanya menyediakan nitrogen yang dibutuhkan tanaman, tetapi juga meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang berperan dalam menjaga kesehatan dan kesuburan tanah.
Pengendalian hama dilakukan secara alami dengan memberikan jeda waktu antara panen dan periode tanam berikutnya.
Periode jeda selama satu bulan dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup hama dan mengurangi serangan pada periode tanaman berikutnya.
Selain itu, petani juga menanam beberapa jenis tanaman pada periode tanam yang berbeda, namun dengan waktu panen yang sama.
Strategi ini membantu mengurangi risiko serangan hama karena keanekaragaman tanaman membuat hama sulit menemukan inang yang cocok secara terus-menerus.
Penyemprotan tanaman dengan air juga dilakukan secara rutin pada daun. Hal ini sangat menarik karena pertanian pada wilayah ini telah menggunakan sistem irigasi tetes.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya